Artikel Kategori // Bola
Banyak aremania dan aremanita, sebutan untuk para pendukung Arema, yang mengeluhkan desain jersey baru yang akan dipakai di musim kompetisi 2014. Kostum ini pertama kali diperlihatkan ke publik pada saat peluncuran tim Arema di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang (29/1/14).
Bukan hanya karena desainnya yang terkesan biasa saja, warna biru yang selama ini menjadi salah satu identitas tim mulai tergusur oleh warna kuning yang semakin dominan. Warna kebesaran memang bukan satu-satunya identitas sebuah klub, masih ada logo, nama dan julukan tim dan lain sebagainya.
Kalau ditelusuri lebih jauh, sebenarnya bukan baru kali ini saja manajemen Arema melakukan perubahan terhadap ‘wajah’ tim, dan ini memang hal yang wajar di dunia industri sepakbola. Nama Arema Malang pun pernah berganti menjadi Arema Bentoel, kemudian Arema Indonesia dan yang terakhir menjadi Arema Cronus. Keputusan mengubah nama Arema Malang menjadi Arema Indonesia terlihat lebih pada usaha manajemen melakukan rebranding dengan tujuan agar lebih ‘go nasional’. Sementara perubahan pemakaian nama Arema Bentoel dan Cronus karena alasan investor. Meski keduanya sama-sama berupaya agar terciptanya aliran dana ke pundi-pundi tim tapi efek psikologis, terutama yang dirasakan oleh para pendukungnya jelas berbeda.
Dalam dunia bisnis, rebranding itu adalah hal yang lumrah, tapi khusus dalam bisnis olahraga ada aspek yang tidak boleh dilupakan. Diterima atau tidaknya perubahan oleh supporter menjadi salah satu hal penting yang tidak boleh dikesampingkan.
Coba kita tengok kasus sejenis yang dialami oleh beberapa klub lain:
Dari dalam negeri, Bontang FC pernah mengubah warna kebesaran timnya dari hijau ke merah karena warna tersebut adalah pesanan sponsor (specs). Almarhum Persema Malang pernah memakai julukan ‘Laskar Ken Arok’ sampai akhirnya diganti menjadi ‘Bledek Biru’ (konon justru Bledek Biru merupakan julukan yang pertama kali dipakai sebelum tahun 2004 diganti menjadi Laskar Ken Arok), tak hanya itu, persema pun mengganti logonya.
Intip juga cerita dari Liga Inggris, karena menerapkan syarat kepemilikan klub sangat longgar akhirnya banyak investor yang tertarik menanamkan uangnya di sini.
Pemilik baru Hull City mengajukan pergantian nama tim menjadi Hull Tigers yang ditentang sangat keras oleh para supporter. Cardiff City yang dibeli oleh pengusaha asal Malaysia melakukan perubahan cukup drastis, mulai dari mengganti warna kebesaran tim dari biru ke merah, logo juga diubahnya sampai julukan tim pun akhirnya harus ikut menyesuaikan. Tak ada lagi ‘Bluebird‘ bagi para pendukung Cardiff, semua dipaksa menerima ‘Red Dragon‘.
Langkah cerdas dilakukan oleh Roman Abramovich, meski ia berkehendak untuk mengubah logo Chelsea di awal kedatangannya, taipan asal Rusia ini melibatkan dan berkonsultasi dengan dewan klub. Meski mungkin gejolak yang timbul akibat perubahan tersebut juga teredam oleh kisah sukses ‘The Blues’ di atas lapangan.
Menurut sampeyan, sampai kapan kita sebagai pendukung tim hanya bisa pasrah menerima perlakuan semena-mena dari para investor yang tidak mempertimbangkan kultur, nilai dan tradisi klub ?
Artikel Terkait
Anda harus login untuk berkomentar. Login Sekarang
Penulis Lainnya

SIGIT APRISAMA
Penulis ini masih malu-malu menuliskan sedikit tentang Biografinya- Perlukah Menghapus Pelajaran Bahasa Inggris di Tingkat Sekolah Dasar? 08 May 2014 - 12:28
Komentar Terbaru
- Etos Kerja Guru PNS yang Buruk 9 Tahun yang lalu
- Cetak Kartu Digital NUPTK/PegID 8 Tahun yang lalu
- Bangga memiliki email user@madrasah.id 7 Tahun yang lalu
- Syarat Mengikuti Verval Inpassing 7 Tahun yang lalu
- KITAB SIAP PADAMU NEGERI v1.0 9 Tahun yang lalu
Kategori
- Lain-Lain (983)
- Pendidikan (445)
- Informasi Umum (360)
- Opini & Ide (218)
- Tips & Trik (191)
- Teknologi (90)
- Internet & Media Sosial (80)
Kaitan Populer