Artikel Kategori // Lain-Lain
Kemarin sore saya didatangi ibu dari anak rohani saya yang kebetulan melihat anak saya sedang memasak di dapur. Tentu ia heran karena anak laki-lakiku semata wayang itu bisa memasak, mengganti salah satu peran ibunya. Maklum ibunya bekerja di Kantor Gubernur Sulut. Pada usia 18 tahun ia sudah lulus SMK dan kini sudah mendaftarkan dirinya melanjutkan pendidikan ke Yogjakarta. Disana tentu ia dituntut bisa mandiri. Paling kurang bisa memasak sendiri. Sementara aku sibuk di depan laptop membaca berbagai referensi tentang kebudayaan Yunani dan Romawi dari link-link yang bertebaran di internet.
Di sela-sela percakapan ibu anak rohaniku dengan putraku di dapur, tak kusadari si ibu itu sedang memperhatikan kesibukanku. Pelan-pelan dia menghampiriku dan bertanya, kalau yang sedang kugeluti itu adalah apa yang selama ini disebut internet atau apa? Spontan aku menjawabnya, ya, aku sedang membaca berbagai informasi di internet, mencari tahu apa saja, cukup dengan bertanya kepada benda pintar ini, maka semua yang akan kita ingin ketahui, dapat diperoleh jawabannya. Tapi jangan langsung ditelan mentah-mentah. Harus dikaji dulu. Baru bisa dikonsumsi. Ibarat makanan, dicicipi dulu kemudian ditelan kalau layak ditelan.
Ibu itu kemudian menceritakan pengalamannya ketika mengantarkan anak rohaniku (anak kandungnya) untuk mendaftar sebagai calon siswa di SMP Negeri 3 Manado. Menurut dia, pendaftaran dilakukan melalui internet. Saya bingung, internet itu orang darimana? kata ibu itu. Karena saya tidak tahu, sekalian saja saya minta tolong supaya dapat mendaftarkan anak saya kepada bapak internet, sambungnya sambil tersenyum simpul.
Singkat kata saya setuju membantunya karena satu alasan, yaitu anak rohaniku. Orang tuanya tidak paham soal internet, apalagi setelah mendengar ucapanku soal Profesor Google, dia pikir manusia pintar yang selama ini bercakap-cakap denganku melalui laptop. Saya pikir, daripada menghabiskan waktu dengan kelakar, maka kupanggil ibu itu mendekat ke laptop dan mulai mencari alamat website yang digunakan untuk mendaftarkan anaknya. Kami menemukan website Jakarta terlebih dahulu, kemudian saya cari lagi website Manado. Dalam waktu yang singkat, kami menemukannya dan saya mulai mendaftarkan diri menjadi salah satu anggota di website ini. Seluruh proses pencarian itu dilakukan bersama ibu itu. Ia terlihat bingung. Katanya, kalau cara ini diterapkan, belum semua orang tua siswa bisa melakukannya. Perlu bantuan orang lain yang sudah tahu semacam bapak, katanya sambil mengernyitkan keningnya.
Lalu kataku, kita semua bisa belajar dengan cepat, mudah dan murah. Setiap keluarga sesungguhnya sudah memiliki dadget handphone yang bisa dioperasikan oleh anak-anak atau anggota keluarga lainnya. Di kemudian hari, bukan saja urusan pendaftaran anak ke sekolah yang dilakukan via internet, melainkan hal-hal lainnya, seperti membayar pajak, mengurus KTP, kartu keluarga dan persoalan-persoalan kependudukan lainnya semua akan dioperasikan secara online, sehingga kelak, segala urusan dapat kita urus dari rumah, tidak perlu membuang ongkos transportasi dan ongkos lainnya yang besar. Tetapi rupanya, masyarakat pada level bawah, belum sepenuhnya memahami, apalagi siap menerima SIAP.
Artikel Terkait
Anda harus login untuk berkomentar. Login Sekarang
Penulis Lainnya

venky ven
Penulis ini masih malu-malu menuliskan sedikit tentang Biografinya- Best DLSR Camera Under 20k & 25k for Photo Lovers 18 February 2017 - 06:07
- Best Android Smartphone Under 15k In india 18 February 2017 - 06:01
Komentar Terbaru
- Etos Kerja Guru PNS yang Buruk 9 Tahun yang lalu
- Cetak Kartu Digital NUPTK/PegID 9 Tahun yang lalu
- Bangga memiliki email user@madrasah.id 8 Tahun yang lalu
- Syarat Mengikuti Verval Inpassing 7 Tahun yang lalu
- KITAB SIAP PADAMU NEGERI v1.0 9 Tahun yang lalu
Kategori
- Lain-Lain (983)
- Pendidikan (446)
- Informasi Umum (360)
- Opini & Ide (218)
- Tips & Trik (192)
- Teknologi (93)
- Internet & Media Sosial (83)
Kaitan Populer