Artikel Kategori // Lain-Lain
Di samping guru TIK, mungkin bahasa Inggris yang terkena imbas penerapan kurikulum 2013. Pelaksanaan kurikulum 2013 menambah beban yang sangat berat bagi guru bahasa Inggris, baik guru bahasa Inggris SD maupun guru bahasa Inggris SMP. Kalau sebelumnya ketidakberuntungan menimpa guru SD yaitu tentang dihapuskannya mata pelajaran bahasa Inggris untung jenjang SD. Akibatnya bahasa Inggris ‘hanya’ menjadi kegiatan ekstrakurikuler. Dengan kebijakan ini maka materi bahasa Inggris hanya diberikan seminggu sekali, artinya dua jam perminggu untuk satu kelas. Akibatnya para guru bahasa Inggris SD banyak yang kehilangan jam mengajar dan kehilangan mata pencaharian. Tragisnya lagi, sekarang banyak guru bahasa Inggris SD yang banting setir untuk kuliah PGSD dan menjadi guru kelas sehingga kuliah bahasa Inggris selama lebih kurang 4 – 5 tahun (S1) menjadi gelar semata karena tidak banyak dimanfaatkan.
Tidak beda jauh dengan guru bahasa Inggris SD, guru bahasa Inggris SMP juga dikurangi jam mengajarnya. Kalau dulu dengan KTSP, guru bahasa Inggris bisa mengajar 5 jam per-kelas/minggu, sekarang dengan implementasi kurikulum 2013, mau tak mau, guru bahasa Inggris SMP hanya bisa mengajar 4 jam/kelas. Jelas ini pengurangan jam mengajar yang besar, mengingat tuntutan sertifikasi yang mengharuskan setiap guru dapat mengajar minimal 24 jam/minggu. Hal ini menjadi keapesan tersendiri bagi guru bahasa Inggri SMP. Mengapa? Karena mereka harus memutar otak, mencari solusi kemana mereka mencari tambahan mengajar lagi untuk memenuhi syarat mengajar 24 jam. Bisa dibayangkan jika ia mengajar 5 kelas dengan pelaksanaan KTSP, ia masih bisa mengajar 5 jam/kelas maka ia masih bisa memiliki beban mengajar 25 jam. Dengan perhitungan tersebut, ia masih bisa mendapatkan tunjangan sertifikasi karena beban mengajar lebih dari 24 jam/minggu. Tetapi setelah diberlakukan kurikulum 2013, ia hanya dapat mengajar 4 jam/kelas dan mendapat beban mengajar 20 jam sehingga ia tidak bisa mendapatkan tunjangan sertifikasi.
Keapesan selanjutnya adalah ketika guru bahasa Inggris SMP mencoba mencari solusi dengan menambah jam mengajar di SMA atau MTs, tetapi ternyata itu sia-sia saja karena tidak diperbolehkan seperti itu. Kejadian ini berlangsung secara nasional sehingga menjadi permasalahan nasional, khususnya guru bahasa Inggris. Lalu bagaimana solusi pemerintah? Entahlah.
Keapesan terakhir adalah banyak juga guru bahasa SMP yang mencari solusi lain yaitu ingin menambah jam mengajar di luar kabupaten demi memenuhi syarat beban mengajar 24 jam/minggu. Namun lagi-lagi, usaha itu sia-sia karena hal itu tidak diperbolehkan dengan alasan sekarang otonomi daerah. Jadi semua permasalahan dalam satu daerah/kabupaten harus diselesaikan dalam lingkup daerah/kabupaten masing-masing. Ironisnya sampai detik ini pemerintah daerah belum mensosialisasikan tentang solusi permasalahan kekurangan jam mengajar guru bahasa Inggris SMP. Apa mungkin seperti guru TIK yang banyak ditarik menjadi tenaga struktural? Tetapi untuk guru bahasa Inggris apa mungkin ditarik menjadi pegawai di dinas pariwisata? Entahlah mungkin guru bahasa Inggris baru apes, nanti kalau ganti menteri pendidikan, siapa tahu keberuntungan akan menemuinya. Semoga.
Artikel Terkait
Anda harus login untuk berkomentar. Login Sekarang
Komentar Terbaru
- Etos Kerja Guru PNS yang Buruk 9 Tahun yang lalu
- Cetak Kartu Digital NUPTK/PegID 9 Tahun yang lalu
- Bangga memiliki email user@madrasah.id 8 Tahun yang lalu
- Syarat Mengikuti Verval Inpassing 7 Tahun yang lalu
- KITAB SIAP PADAMU NEGERI v1.0 9 Tahun yang lalu
Kategori
- Lain-Lain (983)
- Pendidikan (446)
- Informasi Umum (360)
- Opini & Ide (218)
- Tips & Trik (192)
- Teknologi (93)
- Internet & Media Sosial (83)
Kaitan Populer