Tutorial DasarSIAP Wacana

Artikel Kategori // Pendidikan

Beranda / Pendidikan / Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam
Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam
0 Komentar | Dibaca 1602 kali

paiPengertian Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam

Guna mendekatkan pada pengertian prestasi belajar Pendidikan Agama Islam, terlebih dahulu penulis jelaskan tentang  pengertian belajar secara umum dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut :

Oemar Hamalik

Pengertian belajar yaitu suatu bentuk pertumbuhan dan perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.[1]

Crow and Crow

Menurut Crow dan Crow mengartikan belajar dengan :

“Learning is modification of behavior accompanying growth  processes that are brought abaut throught sensory of stimulation”.[2] (Belajar adalah perubahan tingkah laku yang menyertai proses pertumbuhan di mana semua itu melalui penyesuaian terhadap situasi melalui rangsangan).

Muhibbin Syah

Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan suatu unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.[3]

Muhammad Ali

Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan.[4] Dengan kata lain adanya interaksi seseorang dengan lingkungannya akan tercipta suatu perubahan pengetahuan, pemahaman sikap dan sebagainya.

Nana Sudjana

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan perubahan pada diri seseorang.[5] Dengan kata lain adanya suatu proses yang dilakukan seseorang akan tercipta perubahan berupa pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah lakunya, keterampilan, kecakapan dan kemampuannya.

Pengertian tentang belajar di atas dapat penulis simpulkan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang disengaja dan dapat menimbulkan atau menghasilkan perubahan dalam diri seseorang berupa pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan serta kemampuan seseorang berkat pengalaman dan latihan melalui interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan simpulan di atas, belajar sebagai bagian dari proses pendidikan merupakan komponen dari :

  1. Perbuatan yang dilakukan dengan sengaja sebagai latihan dan pengalaman
  2. Kegiatan tersebut dapat menghasilkan perubahan
  3. Perubahan-perubahan itu meliputi perubahan berkenaan dengan aspek pisik dan psikis
  4. Perubahan itu bersifat bersifat permanen.

Adapun pembelajaran atau kegiatan pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran[6]. Kegiatan pembelajaran  atau pembelajaran merupakan bantuan yang memungkinkan siswa dapat belajar. Dalam hal ini guru harus menganggap siswa sebagai individu yang mempunyai unsur-unsur dinamis yang dapat berkembang bila disediakan kondisi yang menunjang[7].     Rusyan Tabrani[8] mengemukakan definisi tentang pembelajaran yaitu segala upaya yang disengaja dalam rangka memberikan kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar-mengajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.

Sir Godfrey Thomson, menjelaskan tentang komponen belajar dalam proses pendidikan :

By upon education   I   mean   the  influence  of a  permanent  change  in  his habits behavior of thought, and of attitude”.[9] (Yang saya maksud dengan pendidikan adalah pengaruh dari lingkungan terhadap individu untuk dapat menghasilkan perubahan yang permanen pada kebiasaan tingkah laku, pemikiran dan sikapnya).

Sedangkan pengertian prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai siswa dengan kemampuan atau potensi dirinya dalam menerima dan memahami materi yang telah diberikan kepadanya atau usaha siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan.[10]

Dalam proses pendidikan selalu ada situasi yang memerlukan sikap yang tegas dalam mengambil keputusan berkaitan dengan perencanaan kegiatan penilaian hasil belajar secara individu atau kelompok dalam lingkungan tertentu, dalam hal ini adalah lingkungan sekolah. Konsep tersebut secara implisit dijelaskan Khurshid Ahmad, “Education is a continuous process through which moral, mental and phisical training is provided to younger generations, who also acquire their ideals culture through it”.[11]

Prestasi belajar Pendidikan Agama Islam yaitu hasil yang telah dicapai anak didik dalam menerima dan memahami serta mengamalkan materi pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diberikan oleh guru atau orang tua berupa Pendidikan Agama Islam di lingkungan sekolah dan keluarga serta masyarakat, sehingga anak memiliki potensi dan bakat sesuai yang dipelajarinya sebagai bekal hidup di masa mendatang, mencintai negaranya, kuat jasmani dan ruhaninya, serta beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, memiliki solidiritas tinggi terhadap lingkungan sekitar. Seorang pendidik, baik orangtua maupun guru hendaknya mengetahui betapa besarnya tanggung-jawab mereka di hadapan Allah ‘azza wa jalla terhadap pendidikan putra-putri Islam.Allah azza wa jalla berfirman,

آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu”. (At-Tahrim: 6)[12]

Bentuk-bentuk Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam

Pembahasan bentuk-bentuk prestasi belajar dalam skripsi ini meliputi prestasi belajar bidang kognitif (cognitive domain), prestasi belajar bidng afektif (afective domain), dan prestasi belajar bidang psikomotor (psychomotor domain).[13] Secara garis besar pembahasan prestasi belajar sebagai berikut :

Prestasi Belajar Bidang Kognitif (CognitiveDomain)

1)     Hasil belajar Pengetahuan Hafalan (Knowledge)

Cakupan dalam pengetahuan hafalan termasuk pengetahuan yang  sifatnya  faktual, di  samping  pengetahuan mengenai  hal-hal yang perlu diingat kembali seperti batasan, peristilahan, kode-kode tertentu, pasal hukum, ayat-ayat Al Quran atau Hadits, rumus, rukun shalat, niat, dan lain-lain.

Peninjauan sudut respon belajar siswa pengetahuan itu perlu dihafal dan diingat agar dapat dikuasai dengan baik. Dalam hal ini pakar Psikologi Pendidikan R. Ibrahim dan Nana Syaoudih, menjelaskan bahwa belajar menghafal  merupakan  kegiatan  belajar yang menekankan penguasaan pengetahuan atau fakta tanpa memberi arti terhadap pengetahuan atau fakta tersebut.[14]

2)     Prestasi Belajar Pemahaman (Comprehension)

Pemahaman memerlukan kemampuan dari peserta didik untuk menangkap makna atau arti sebuah konsep atau belajar yang segala sesuatunya dipelajari dari makna.[15]

Makna atau arti tergantung pada kata yang menjadi simbul dari pengalaman yang pertama. Simbul-simbul yang mempunyai arti umum berguna bagi belajar, karena memberi simbol dan ekspresi hubungan dalam pengalaman dan menjadi jalan keluarnya ide.[16]

Ada tiga macam bentuk pemahaman peserta didik yang berlaku secara umum yaitu :

a)      Pemahaman terjemahan, yakni kesanggupan memahami makna yang terkandung di dalam materi.

b)      Pemahaman penafsiran, misalnya memahami grafik, simbul, menggabungkan dua konsep yang berbeda yakni membedakan yang pokok dan yang bukan pokok.

c)      Pemahaman ekstrapolasi, yakni kesanggupan peserta didik untuk melihat dibalik yang tertulis/implisit, meramalkan sesuatu atau memperluas wawasan.

3)     Prestasi Belajar Penerapan

Prestasi belajar penerapan belajar analisis yaitu kesanggupan menerapkan dan mengabtraksi suatu konsep, ide, rumus, hukum, dan situasi  yang baru.

4)     Prestasi Belajar Analisis

Hasil belajar analisis yaitu kesanggupan memecahkan atau menguraikan suatu intregritas (kesatuan yang utuh) menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian yang mempunyai arti serta mempunyai tingkatan atau hirarki.

5)        Prestasi  Belajar Sintesis

Hasil belajar sintesis yaitu kesanggupan menyatakan unsur atau bagian menjadi satu interitas (lawan dari analisis).

6)     Prestasi  Belajar Evaluasi

Prestasi belajar evaluasi yaitu kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan judment yang dimilikinya dan kriteria yang dipakainya.

Prestasi Belajar Bidang Afektif (Afective Domain)

Prestasi belajar afektif berhubungan dengan sikap dan nilai. Prestasi belajar bidang afektif pada Pendidikan Agama Islam antara lain berupa kesadaran beragama yang mantap.[17] Tingkatan prestasi belajar bidang afektif sebagai berikut :

1)      Reciving/attending, yakni kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang pada siswa baik dalam bentuk masalah situasi atau gejala.

2) Responding atau jawaban, yakni reaksi dari perasaan kepuasan dalam menjawab rangsangan (stimulus) dari luar yang datang pada dirinya.

3) Valuing (penilaian), yakni prestasi belajar berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi.

4) Orgnisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam satu sistem nilai lain dan kemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.

5)      Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan dari semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.[18]

Prestasi Belajar Bidang Psikomotor (Psychomotor Domain)

Prestasi atau kecakapan belajar psikomotor adalah segala amal atau perbuatan jasmaniah yang kongkrit dan mudah diamati, baik kuantitasnya maupun kualitasnya, karena sifatnya yang terbuka, sehingga merupakan manifestasi wawasan pengetahuan dan kesadaran serta sikap mentalnya.[19] Prestasi belajar bidang psikomotor pada Pendidikan Agama Islam antara lain kemampuan melaksanakan shalat, berwudhu, akhlak/perilaku, dan lain-lain.

Prestasi belajar bidang psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill), kemampuan bertindak individu (seseorang). Prestasi belajar bidang motorik ini terbagi dalam enam tingkatan, yaitu :

1)      Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan-gerakan yang tidak sadar atau tanpa dikendalikan)

2)      Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar

3)      Keterampilan perseptual, termasuk di dalamnya membendakan visual, membedakan auditif motorik dan lain-lain.

4)      Kemampuan bidang pisik, misalnya kekuatan keharmonisan dan ketetapan gerakan atau gerakan yang luwes.

5)      Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada kemampuan keterampilan yang kompleks.

6)      Kemampuan yang berkenaan dengan non decorsive kemunikasi seperti gerakan ekspresif  interprestatif.[20]

Prestasi belajar psikomotorik ini lebih menunjukkan kredebilitas keberhasilan tujuan belajar, mengingat ruang lingkup dasar Pendidikan Agama Islam lebih menekankan keahlian gerakan/penerapan khususnya dalam interaksi dengan Tuhan Yang Maha Esa, manusia, dan alam sekitarnya.

Prestasi belajar Pendidikan Agama Islam apabila dikaitkan dengan belajar merupakan satu rangkaian tujuan akhir dari belajar Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu prestasi belajar Pendidikan Agama Islam bergantung pada proses belajar itu sendiri. Bila proses belajar baik, maka hasil yang dicapai atau prestasi belajarnya baik, tetapi bila proses belajarnya buruk dengan sendirinya prestasi belajarnya kurang baik. Untuk itu dalam proses belajar belajar itu diperlukan perhatian khusus, baik dari siswa, alat, metode, media pembelajaran,  serta  profesionalisme pendidik (guru).

Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang profesional mengetahui diperlukan suatu periode atau waktu untuk memahami konsep yang telah diajarkan kepada anak agar diperoleh tujuan atau hasil belajar Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu, dalam merancang kegiatan pembelajaran, guru harus menyadari keberadaan anak dalam tahapan belajar Pendidikan Agama Islam. Menurut Mulyono Abdurrahman, ada empat tahapan prestasi belajar yang perlu diperhatikan oleh guru, yaitu :

1)         Perolehan

Pada tahap ini anak telah terbuka terhadap pengetahuan baru tetapi belum secara penuh memahaminya. Anak masih memerlukan banyak dorongan dan pengaruh dari guru atau orang tua untuk menggunakan pengetahuan tersebut. Contoh, kepada anak diperlihatkan pengetahuan tentang  shalat dan konsepnya dijelaskan sehingga anak mulai memahaminya.

2)         Kecakapan

Pada tahap ini anak mulai memahami pengetahuan atau keterampilan tetapi masih memerlukan banyak latihan. Contoh, setelah anak memahami konsep dan pengetahuan tentang shalat, anak diberi banyak latihan dalam bentuk menghafal bacaan atau gerakan shalat, dan diberi macam-macam ulangan penguatan.

3)         Pemeliharaan

Pada tahap ini anak dapat memelihara dan mempertahankan suatu kenerja taraf tingkat tinggi setelah pembelajaran langsung dan ulangan penguatan (reinforcement) dihilangkan. Contoh, anak dapat mengerjakan shalat secara cepat dan berurutan tanpa memerlukan pengarahan dan ulangan penguatan dari guru atau orang tua.

4)         Generalisasi

Pada tahap ini anak telah memiliki atau menginternalisasikan pengetahuan yang dipelajarinya sehingga anak dapat menerapkan ke dalam berbagai situasi. Contoh, anak dapat mengerjakan berbagai macam shalat sesuai waktu dan kegunaannya, seperti shalat subuh di pagi hari, shalat dhuhur di siang hari, shalat hajat untuk terkabulnya doa, menghormati kepada orang yang lebih tua, mengasihi kepada yang lebih muda, dan lain-lain.[21]

Berbagai harapan dan rancangan pembelajaran yang berbeda diperlukan untuk tiap tahapan belajar anak. Jika guru atau orang tua sebagai pendidik menyadari tahapan belajar guna mencapai prestasi belajar yang diinginkan secara maksimal, guru atau orang tua dapat menyediakan pembelajaran yang tepat untuk membantu anak bergerak dari satu tahapan prestasi ke tahapan prestasi berikutnya.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Telah penulis uraikan di atas bahwa belajar merupakan perubahan tingkah  laku  yang  relatip  menetap  dan  terjadi  sebagai hasil pengalamn atau latihan, sehingga individu memperoleh sesuatu yang baru dalam belajar.

Problema belajar Pendidikan Agama Islam atau pendidikan umum tidak hanya terbatas pada ruang lingkup di sekolah saja, akan tetapi di dalam keluarga, di masyarakat dan adat istiadat serta keadaan geografis juga mempengaruhi belajar dan prestasi belajar seseorang. Keberhasilan belajar dan prestasi belajar seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor baik internal  atau  eksternal. Faktor  internal  adalah segala faktor yang bersumber dari dirinya sendiri, seperti faktor psikologis dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal yaitu segala faktor yang bersumber dari luar dirinya sendiri, seperti cuaca, ekonomi, agama, keluarga, sekolah dan sebagainya.

Menurut Sumadi Suryabrata, faktor yang mempengaruhi prestasi belajar digolongkan menjadi dua faktor yaitu :

 

  • Faktor-faktor yang berasal dari luar dirinya atau faktor eksogin, faktor ini digolongkan menjadi dua bagian, yaitu :

1)      Faktor-faktor sosial

2)      Faktor-faktor non sosial

 

  • Faktor-faktor yang berasal dari dirinya sendiri atau indogin, juga digolongkan menjadi dua bagian yaitu :

1)      Faktor-faktor fisiologis

2)      Faktor-faktor psikologis.[22]

Sedangkan menurut Muhibbin Syah, membagi faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar secara lebih rinci dan lebih operasional ke dalam beberapa komponen diantaranya yaitu :

  1. Faktor yang bersumber dari diri sendiri (faktor internal), yakni kondisi atau keadaan jasmaniah (aspek fisiologis) dan keadaan ruhaniah (aspek psikologis) siswa, yang meliputi :

1)      Aspek Fisiologis, seperti keadaan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran sehingga menurunkan prestasi belajarnya, kondisi organ-organ indera yang terganggu juga menjadi penyebab siswa mengalami gangguan hasil belajar.[23]

2)      Aspek Psikologis, banyak faktor dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas prestasi pembelajaran siswa, diantara faktor ruhaniah yang mempengaruhi prestasi belajar anak antara lain tingkat kecerdasan/ intelegensi siswa, sikap, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa.[24]

 

  • Faktor Eksternal, dibagi menjadi dua yaitu faktor sosial dan faktor non sosial.

1)      Faktor Sosial, seperti lingkungan sekolah, keadaan guru, teman-teman belajar, masyarakat dan tetangga, serta orang tua atau keluarga sendiri, (sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, tata letak rumah dapat berdampak pada baik buruknya kegiatan belajar siswa yang pada gilirannya berpengaruh terhada prestasi belajar anak), peran keluarga dan pengaruh yang ditimbulkannya bukan hanya berdampak pada prestasi belajar saja tetapi juga cenderung anak berperilaku menyimpang. [25]

2)      Faktor Nonsosial, seperti gedung sekolah dan letaknya, kondisi dan jarak jalan ke sekolah, rumah tempat tinggal siswa, media pembelajaran belajar, cuaca, suhu, waktu belajar yang digunakan (ada anggapan waktu belajar tidak berpengaruh hasil belajar, tetapi kesiapan sistem memori siswa dalam mengelola, dan menyerap item-item informasi dan pengetahuan yang dipelajari), dan lain-lain.[26]

Sedangkan menurut Oemar Hamalik, membagi secara lebih rinci dan lebih operasional ke dalam beberapa komponen diantaranya yaitu :

 

  • Faktor yang berasal dari diri sendiri, meliputi :

1)      Kondisi kesehatan sering terganggu

2)      Kurang niat terhadap mata pelajaran

3)  Tidak mempunyai tujuan yang jelas dalam belajar

4)  Kecakapan dalam mengikuti pelajaran

5)  Kebiasaan belajar dan kurangnya kemampuan bahasa.

 

  • Faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah, meliputi :

1)      Kurangnya alat pelajaran

2)      Kurangnya buku bacaan

3)      Cara yang digunakan pengajar dalam memberikan materi pelajaran

4)      Bahan pelajaran yang kurang sesuai dengan kemampuan

5)      Penyelenggaraan pelajaran yang terlalu padat.

 

  • Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga, meliputi :

1)      Masalah bertamu, menerima tamu dan kurang perhatian orang tua

2)      Masalah kemampuan ekonomi

3)      Masalah putus sekolah (broken home)

4)      Rindu terhadap kampung.

 

  • Faktor-faktor bersumber dari lingkungan masyarakat, meliputi :

1)      Masalah gangguan dari jenis kelamin

2)      Bekerja sambil belajar

3)      Aktif organisasi/tidak dapat mengatur waktu senggang

4)      Tidak mempunyai teman belajar/teman memecahkan masalah.[27]

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keberhasilan anak dalam proses belajar/prestasi belajar terutama Bidang Studi Pendidikan Agama Islam atau akhlak lebih banyak dipengaruhi faktor dari luar (eksternal)  yang bersifat sosial atau non sosial, walaupun faktor dari dalam (internal) juga mempunyai pengaruh bagi prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa.


[1] Oemar Hamalik,  Metode Belajar dan Kesulitan Belajar, (Jakarta : PT. Gramedia, 2001), hlm 28.

[2] Lester D. Crow and Crow, Human Development and Learning, (New York : America  Book Compani, t.th), hlm. 215.

[3]  Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm 59.

[4] Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Algesindo, 2000), hlm. 14.

[5] Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT Sinar Baru Algesindo, 2001), hlm 8.

[6] Oemar Hamalik,  Kurikulum dan Pembelajaran,.( Bandung: Alumni., 1995), hlm. 57.

[7] Tim MKDK IKIP Semarang, Belajar dan Pembelajaran, ( Semarang: IKIP Semarang, 1996),  hlm 11.

[8] Rusyan Tabrani, et.al., Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: CV Remaja Karya, 1995), hlm 26

[9] Sir Godfrey Thomson, A Modern Phylosopy of Education, (London : George Allen Unwin Ltd, t.th), hlm 9.

[10] Nana Sudjana, op.cit., hlm. 54.

[11] Khurshid Ahmad, Principles Of Islamic Educatio, (Lahore : Islamic Publication Limited, 1959), hlm. 4.

[12] Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Pentafsir al Qur’an, 2000), At Tahrim: 6.

[13] Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2001), hlm 223-224.

[14] R. Ibrahim dan Nana Syaodih S., Op Cit, hlm. 39.

[15] Ibid, hlm. 39.

[16] Mustaqim dan Abdul Wahib,  Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1991), hlm. 87.

[17] Muhibbin Syah, op.cit., hlm. 51.

[18] Ibid,.

[19] Ibid, hlm. 52.

[20] Ibid, hlm 90.

[21] Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003), hlm. 91.

[22] Sumadi Suryabrataa, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rajawali Press, 2002), hlm. 249

[23]  Muhibbin Syah, Op Cit, hlm. 131.

[24] Ibid, hlm. 132.

[25] Ibid, hlm.138.

[26] Ibid, hlm.139.

[27] Oemar Hamalik, Op Cit, hlm.112.

Harap tunggu, laporan sedang dalam proses submit....

Anda harus login untuk berkomentar. Login Sekarang

Penulis Lainnya

mustopa

Penulis ini masih malu-malu menuliskan sedikit tentang Biografinya
Daftar Artikel Terkait :  1
Layanan ini diselenggarakan oleh PT. TELKOM INDONESIA untuk dunia pendidikan di Indonesia.
Mari kita majukan bangsa Indonesia, melalui pemanfaatan Teknologi Informasi yang tepat guna
pada dunia pendidikan Indonesia.
Sistem Informasi Aplikasi Pendidikan
versi 2.0