Artikel Kategori // Buku

Kala itu saya cuma beberapa kali membaca tulisan-tulisan singkatnya di milis alumni sekolah atau pun di milis bahtera. Passion bang Akmal saat menyusun novel ini bisa saya rasakan bahkan ketika saya belum membaca novelisasi tokoh pendiri Muhammadiyah ini.
“Tempat ini terlalu sempit bagi pemikiran Kiai. Dibutuhkan wadah yang lebih besar dari Kauman.” Sri sultan memberi dorongan semangat kepada kiai berusia 36 tahun yang terlihat sedang gundah itu. (Prolog: Titah Sri Sultan, hal. 3)
Mengapa untuk mengadakan yasinan 40 hari seorang anggota keluarga yang sudah wafat, anggota keluarga yang masih hidup harus meminjam uang kepada orang lain? Apakah itu tidak memberatkan bagi yang masih hidup? Apakah hal ini memang diajarkan Kanjeng Nabi Muhammad panutan umat manusia? (Akibat Yasinan Pak Poniman, hal. 32)
Aku suka bingung melihat warga yang pada shalat dan mengaji tapi rajin kasih sesajen di kuburan. Aku juga bingung melihat banyak kebiasaan masyarakat yang kelihatannya bikin susah seperti waktu yasinan bapakmu itu. Ibumu pasti keluar banyak uang bikin acara itu. (Kauman Lawan Ngadisuran, hal. 45)
“Kalau pengajian di sini, kalian yang menentukan apa yang kalian ingin ketahui. Dimulai dengan bertanya. Pertanyaan itu kunci gerbang untuk memasuki dunia ilmu pengetahuan,” ujarku. (Khatib Pemain Biola, hal. 181)
Artikel Terkait
Hanya satu komentar pada "Sang Pencerah"
Anda harus login untuk berkomentar. Login Sekarang
Penulis Lainnya

SURYANIH
SD Jaya Plus Montessori School- MEMBATIK DI ATAS KENDI 11 September 2014 - 09:51
Komentar Terbaru
- Etos Kerja Guru PNS yang Buruk 9 Tahun yang lalu
- Cetak Kartu Digital NUPTK/PegID 9 Tahun yang lalu
- Bangga memiliki email user@madrasah.id 8 Tahun yang lalu
- Syarat Mengikuti Verval Inpassing 7 Tahun yang lalu
- KITAB SIAP PADAMU NEGERI v1.0 9 Tahun yang lalu
Kategori
- Lain-Lain (983)
- Pendidikan (446)
- Informasi Umum (360)
- Opini & Ide (218)
- Tips & Trik (192)
- Teknologi (92)
- Internet & Media Sosial (83)
Kaitan Populer
ASY'ARI
|Novel selalu menyimpan keunikan. Lebih fokus. Lebih kaya. Dibandingkan dengan film, novel lebih memberi ruang refleksi yang memadai. Baik penulis maupun pembaca, keduanya memiliki ruang untuk lebih mendalami masalah menyisipkan sentuhan emosi. Lewat novel, dua subjek–pembaca dan penulis–dipertautkan secara emosional. Saya berharap bahwa saya pun bersekempatan menikmati novel ini. Sekarang masih belum, he he ..