Tutorial DasarSIAP Wacana

Artikel Kategori // Pendidikan

Beranda / Pendidikan / Handling siswa yang always CarPer
Handling siswa yang always CarPer
0 Komentar | Dibaca 1395 kali

Seorang Guru Produktif bergegas mencari Guru BK, “pak… aduh… tolong kasih konseling itu Uci sam Ira, mereka sering sekali pura-pura sakit,” demikian katanya, “alasan saja itu, supaya kita jadi kasihan sama dia, ” lanjutnya bersemangat.

Sebagai guru mungkin kisah di atas pernah Anda alami. Siswa mengeluh sakit perut atau sakit kepala, sakit maag, bahkan mungkin yang lebih parah, yaitu penyakit-penyakit akut semisal hepatitis, pneumonia, bronchitis, dan sebagainya. Namun ketika siswa menyampaikan keluhannya, terasa ada yang janggal dengan keluhannya tersebut, atau tampak tidak sesuai dengan gejala umum yang kita ketahui, atau seperti ada polanya, macam-macam lah.

Apakah insting kita benar? bukankah kata orang-orang bijak ikutilah hatimu, karena hati tidak pernah berbohong?

Bagaimana cara kita mensikapinya?

Tugas kita sebagai guru adalah membantu proses pembelajaran siswa, belajar dalam arti terjadinya sebuah perubahan kualitas nilai diri melalui proses tertentu.

Sementara ini, saya melihat 2 sudut pandang untuk kejadian di atas. Pertama, mungkin siswa tersebut benar-benar sakit, hanya bisa kita ketahui bila berkunjung ke rumahnya dan mendapatkan penjelasan langsung dari orang tuanya, yang tentunya dibuktikan dengan rekam medik seperti hasil laboraturium, CTscan, Rontgen, dan sebagainya.

Kedua, siswa melakukan akting untuk mencuri perhatian guru, atau pun mengalihkannya, misal untuk menghindari ulangan harian, dalam hal ini baik mencari perhatian maupun mengalihkan perhatian dilakukan dengan cara yang sama, berbohong.

Jika siswa benar-benar sakit, maka berikanlah saran atau rekomendasi untuk pengobatan yang terbaik menurut Anda. Kemudian sedapat mungkin Anda pantau perkembangannya baik secara langsung ataupun melalui orang tuanya via telepon.

Jika siswa berpura-pura, maka  itu berarti mereka sedang membutuhkan perhatian, tentu hanya inilah motif yang bisa dikemukan bila siswa melakukan kebohongan untuk mencari perhatian. Bila hal tersebut terjadi, berilah perhatian lebih kepadanya, tentu dalam batas-batas moral yang sesuai, sebab tidak jarang siswa mencuri perhatian guru karena tertarik secara emosional (kita akan membahas lain waktu jika yang terjadi adalah sebaliknya, guru terlibat perasaan kepada siswanya).

Berikanlah perhatian lebih, berikanlah perhatian khusus untuk siswa yang khusus pula, artinya seorang guru harus mampu menempatkan dirinya sebagai sosok yang adil dalam persepsi adil siswanya. Seorang guru harus menganggap setiap siswa adalah pribadi yang unik yang penanganannya tentu tidak sama, melainkan harus sesuai dengan karakternya masing-masing.

Kasihanilah siswa yang ingin dikasihani, pujilah siswa yang ingin dipuji, berilah perhatian khusus kepada siswa yang menginginkan kekhususan. Kemudian berilah pandangan dan nasehat yang tidak menasehati (siswa tidak merasa dinasehati) sebagai sahabat yang berotoritas (sebagai guru profesional), sebagai kawan sepejalanan yang berada di sampingnya, sebagai teman yang mendukungnya dari belakang.

Berilah pandangan dari sudut pandang siswa, buatlah siswa mampu menelaah dan mengambil kesimpulan secara mandiri.

Pahamilah siswa Anda, pahami kondisi kejiwaan mereka, sebab Anda pernah seusia mereka, dan dengan mudah bisa berempati terhadap apa yang mereka rasakan. Dan jangan paksa mereka memahami pikiran Anda, sebab mereka belum pernah merasakan seusia Anda.

Harap tunggu, laporan sedang dalam proses submit....

Anda harus login untuk berkomentar. Login Sekarang

Penulis Lainnya

andikulit

Penulis ini masih malu-malu menuliskan sedikit tentang Biografinya
Daftar Artikel Terkait :  6
Layanan ini diselenggarakan oleh PT. TELKOM INDONESIA untuk dunia pendidikan di Indonesia.
Mari kita majukan bangsa Indonesia, melalui pemanfaatan Teknologi Informasi yang tepat guna
pada dunia pendidikan Indonesia.
Sistem Informasi Aplikasi Pendidikan
versi 2.0