Artikel Kategori // Lain-Lain
Menabur bunga ataupun meletakkan karangan bunga di atas kuburan amat populer dalam masyarakat Islam.Di antara mereka ada yang menganggap bahwa ziarah kubur tidak sempurna bila tidak membawa bunga untuk ditabur di atas kuburan.Tabur bunga telah menjadi tradisi yang masyarakat Islam sebagaian ulama telah menganggapnya sebagai bagian dari amalan Islam yang hukumnya sunnah dan sebagian ulama lainnya memandangnya sebagai bid’ah.
Menurut sejarah,Tabur bunga di atas kuburan telah dilakukan manusia sebelum datangnya agama Islam atau merupakan tradisi nenek moyang.Perbuatan ini telah lama dilakukan oleh kaum Yahudi dan Nasrani. Bila perbuatan seperti kita lakukan saat ziarah kubur berarti kita telah melakukan taglid terhadap nenek moyang atau ikut-ikutan pada kaum agama lain tanpa ada dalil atau pedoman yang tersumber dari Al Quran ataupun Hadits. Allah SWT Berfirman dalam Surat Al Baqarah 170:
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang Telah diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami Hanya mengikuti apa yang Telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?”.
Rasulullah bersabda telah mengingatkan dalam haditsnya:
“Barangsiapa menyerupai suatu kaum ,maka ia termasuk golongan mereka.” (HR. Ahmad).
Ibnu ‘Abdil Barr Al Maliki rahimahullah mengatakan, “(Maksudnya orang yang menyerupai suatu kaum) akan dikumpulkan bersama mereka di hari kiamat kelak. Dan bentuk penyerupaan bisa dengan meniru perbuatan yang dilakukan oleh kaum tersebut atau dengan meniru rupa mereka.” (At Tamhid lima fil Muwaththa minal Ma’ani wal Asaanid 6/80).
Sebagian ulama yang membolehkan bahkan menganggap sunnah tabur bunga menghubungkannya dengan perbuatan Nabi SAW yang meletakkan pelepah kurma di atas sebuah kuburan,yaitu diatas kuburan hadits ‘Abdullah bin ‘Abbas radliallahu ‘anhuma. (H.R. Bukhari),sebagaimana yang dikisahkan Ibn Abbas,
bahwa Nabi Muhammad SAW melalui dua kubur. Lalu Beliau bersabda: “Sesungguhnya kedua-duanya sedang di azab dan tidaklah kedua-duanya di azab kerana dosa besar. Adapun yang ini di azab kerana tidak menjaga (kebersihan) daripada kencing sedangkan yang lainnya karena suka mengadu domba.” Lalu Nabi SAW meminta pelepah dan mematahkannya (menjadi) dua bagian. Kemudian Beliau menancapkan di atas (kubur) ini satu dan di atas (kubur) ini satu. Para sahabat Nabi bertanya: “Wahai Rasulullah, mengapa engkau melakukan hal ini?” Beliau menjawab: “Mudah-mudahan diringankan azab itu daripada kedua-duanya selama pelepah kurma itu belum kering.”
Mereka menyamakan pelepah kurma dengan bunga,alasannya karena di Indonesia tidak pelepah kurma maka diganti dengan bunga.Mereka beranggapan bahwa pelepah kurma atau bunga yang diletakkan di atas pusara akan meringankan adzab penghuninya, karena pelepah kurma atau bunga tersebut akan bertasbih kepada Allah selama dalam keadaan basah.
Tidak ada dalil yang menjelaskan bahwa Rasulullah setiap kali ziarah kubur selalu meletakkan pelepah kurma di atasnya.Ketika Aisyah (istri Rasulullah) bertanya: “Apa yang harus aku ucapkan bagi mereka (shahibul qubur) wahai Rasulullah? Beliau bersabda ”Ucapkanlah, Salam sejahtera untuk kalian wahai kaum muslimin dan mukminin penghuni kubur. Semoga Allah merahmati orang-orang yang telah mendahului dan juga orang-orang yang diakhirkan. Sungguh, Insya Allah kami pun akan menyusul kalian”. (HR. Muslim) .Rasulullah tidak mengajarkan untuk meletakkan pelepah kurma.Jadi meletakkan pelepah kurma di atas kuburan bukanlah keharusan tetapi dilakukan oleh Rasulullah dengan harapan agar penghuni kubur diringankan azabnya selama pelepah kurma itu belum kering.”tanpa dijelaskan bahwa pelepah kurma itu akan bertasbih yang tasbihnya akan meringankan azab penghuni kubur.
Berdasarkan penjelasan singkat di atas,maka penulis menyimpulkan:
1. Tabur bunga di atas kuburan adalah taglid terhadap nenek moyang dan peniruan terhadap kaum agama lain yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya.
2. Tabur bunga adalah amalan yang diada-adakan dan dihibung-hubungkan dengan dalil,padahal sesungguhnya adalah peniruan terhadap kaum Yahudi dan Nasrani.
3. Boleh meletakkan sesuatu sejenis pelepah kurma di atas kuburan,seperti pelepah kelapa,pelepah pisang,atau daun-daun lainnya yang disertai harapan/doa “Semoga Allah meringankan azabnya selama yang saya letakkan ini masih basah”,apabila kita tahu seperti Rasulullah bahwa penghuni kubur itu sedang disiksa.
4. Tidak ada keharusan meletakkan pelepah atau yang sejenis pelepah di atas kuburan,yang diperlukan saat berziarah kubur doa,yaitu mendoakan keselamatan penghuni kubur.Jadi meletakkan atau tidak meletakkan sesuatu di atas kuburan tidak menjadi masalah yang penting mendoakannya.
Artikel Terkait
Terdapat 10 Komentar pada "TABUR BUNGA DI KUBURAN ADALAH WARISAN NENEK MOYANG"
Anda harus login untuk berkomentar. Login Sekarang
Penulis Lainnya

KARINA APRIANTI
Penulis ini masih malu-malu menuliskan sedikit tentang Biografinya- “Penyesalan itu benar terjadi…..” 17 March 2014 - 01:19
Komentar Terbaru
- Etos Kerja Guru PNS yang Buruk 9 Tahun yang lalu
- Cetak Kartu Digital NUPTK/PegID 9 Tahun yang lalu
- Bangga memiliki email user@madrasah.id 8 Tahun yang lalu
- Syarat Mengikuti Verval Inpassing 7 Tahun yang lalu
- KITAB SIAP PADAMU NEGERI v1.0 9 Tahun yang lalu
Kategori
- Lain-Lain (983)
- Pendidikan (446)
- Informasi Umum (360)
- Opini & Ide (218)
- Tips & Trik (192)
- Teknologi (92)
- Internet & Media Sosial (83)
Kaitan Populer
Zaid Buri Prahastyo
|Kesimpulan saya, manusia memang belajar dari meniru, terinspirasi oleh perbuatan manusia lain, bahkan hewan (pesawat terbang terinspirasi oleh burung, dsb), sudah sunatullahNYA begitu. Kebiasaan leluhur bangsa Indonesia menaburkan bunga di kuburan menurut saya tidak apa-apa, sepanjang yang mengikutinya niatnya tulus berdoa kepada Tuhan. Di tanah arab menggunakan pelepah daun mungkin dikarenakan bunga sangat langka di sana.
SAHABUDDIN
|Saya juga berpikiran begitu,Pak bahwa menabur bunga boleh sepanjang niatnya tulus kepada Tuhan,cuma yang saya ragukan dari tradisi ini adalah adanya larangan Rasulullah SAW untuk meniru-meniru umat lain,sedangkan tabur bunga itu kan telah lama dilakukan oleh kaum Yahudi dan Nasrani.Kalau dalam urusan keduniaan semata seperti meniru teknolongi boleh-boleh saja ditiru,karena peniruan yang dilarang Rasul adalah peniruan dalam hal ibadah,sedangkan ziarah kubur adalah bagian dari ibadah.Trims atas komennya.Salam dari Sulsel.
ABDUL HAYAT
|udah lah jangan rebet, jangan sok suci, jangan sok benar Al Qur’an dan Hadist adalah tuntunan untuk kebaikan semua insan bukan cari masalah dan berdebatan yang tidak ada gunanya, kalau mengikuti naluri seperti itu, saya pastikan nafsu akan terdorong oleh setan dan jin. tahukah anda bahwa setan dan jin ada disebagian tubuh kita.
H. WARSITO, S.Pd., M.TPd.
|Tabur bunga..
dilihat dari sisi manfaat dan mudzorotnya dimana, ini menjadi penting ketika hal ini diperdebatkan.
Jika niat kita berbuat baik dengan orang lain, tentu berdoa itu lebih afdol. Jika kepada orang tua, maka menjadi anak yang sholih/hah itu lebih diutamakan. Sebagaimana hukum yang mengatakan” Idza matal insanu inqoto’a anhu amaluhu illa min tsalatsatin asyya’…dst…ketika manusia mati semua amalannya selesai, putus kecuali tiga hal, anak yg sholih/hah, ilmu yg bermanfaat, shodaqoh jariyah…
SAHABUDDIN
|Betul Pak Haji,niat yang baik tidaklah menjamin bahwa itu baik dalam agama.Niat yang baik namun karena ada dalil yang melarang maka itu bukanlah suatu kebaikan melaikan keburukan,karena melanggar larangan agama sudah pasti hasil buruk (dosa).
Hadjar Dewantoro
|Sudut pandang anda pada “tabur bunga” membelenggu pola pikir anda terhadap syariat lahiriyah yang mengutamakan tatalaksana ucapan, tindakan, perilaku semata. Padahal jauh daripada itu ada esensi yang mendalam tentang hubungan manusia dengan makhluk ciptaan-Nya yang lain dalam hal ini ‘bunga’ atau tumbuhan belum lagi makhluk lainnya bahkan arwah yang dimaksud.
Merasa paling benar dalam menelaah ‘tabur bunga’ sebagaimana tulisan anda di atas membuahkan nafsu untuk mengajak orang lain berpemahaman yang sama. Andai saja anda diberi rahmat atau anugerah dari Allah SWT berupa kemampuan melihat, merasakan bahkan berdialog dengan makhluk lain saya yakin pandangan anda terhadap ‘tabur bunga’ akan berubah 180 derajat.
Ketidakmampuan anda menyelami esensi ‘tabur bunga’ menggerakkan pikiran anda untuk mencari celah mudharatnya kemudian dibumbui dengan statemen bahwa tabur bunga yang dimaksud merupakan perilaku/adat/budaya Yahudi atau agama lain. Memang tulisan anda terkesan BAIK bahkan sangat BAIK bagi orang-orang yang mendalami islam syariah dari kitab-kitab GARING/kering. Kalau anda sudah mampu berkomunikasi dengan arwah minimal leluhur anda sendiri tentu lain pandangan anda, belum lagi komunikasi terhadap makhluk ciptaan Allah SWT lainnya, sebaiknya hati-hati menulis tema yang berindikasi untuk pembenaran justifikasi anda terhadap tradisi menjadi bid’ah.
Kalaupun dasar tulisan diatas yang anda pakai bersumber dari ulama, kyai, ustad dst, mereka juga manusia. Ikut menyebarkan penafsiran ulama yang belum tentu kebenarannya bisa berarti ikut berperan serta menebarkan tafsir subyektif meskipun berdalih dari dalil-dalil soheh. Sebaiknya kita hati-hati kalau bisa jangan sampai mudah TERJEBAK dengan merasa sudah BENAR menyampaikan ilmu walau satu huruf(sedikit) kalau belum tahu sejauh apa pemahaman kita terhadap suatu tema sosial/kehidupan masyarakat itu sendiri. Kecuali kita memang termasuk orang-orang yang UJUB!
SAHABUDDIN
|Betul Pak,pemahaman saya memang agak dangkal.Kecintaan saya terhadap sunnah (Al Quran dan Hadist) membuat saya tidak terlalu menyibutkan mendalami esensi sesuatu amalan,yang kutahu bahwa Nabi SAW telah mengatakan bahwa barang siapa yang meniru kaum lain maka termasuklah dia kaum itu (HR.Ahmad),dan telah kudapatkan beberapa literatur bahwa tabur bunga itu bermula dari Yahudi lalu diteruskan oleh Nasrani kemudian diwariskan pula kepada sebagian umat Islam yang masih mempertahankan tradisi nenek moyangnya,padahal tentang tradisi nenek moyang Allah telah peringatkan dalam QS.Al Baqarah:170,Al Maaidah:104 dan Luqman:21.Saya bukan sok benar atau sok suci,melainkan rasa takut semata pada kehidupan Akhirat yang dirahasiakan bagi kita.Jangan sampai kita katakan ini benar tetapi Allah berkata lain,makanya saya ikuti saja Nabi SAW,bukan mengikuti Kyai atau Ulama,kalau Nabiku mengatakan bahwa meniru kaum lan berarti termasuk kaum itu,bila kita mati dalam peniruan kaum lain maka yang saya takutkan bila Allah membangkitkanku bersama kaum lain/bukan kaum muslim.Dan memang saya tak punya kemampuan berkomunikasi dengan arwah,selain tidak punya ilmu seperti,lagian kupikir tidak itu tidak penting dalam hidup saya.Nabiku sendiri SAW tidak pernah mengajarkan umatnya untuk berkomunikasi dengar arwah,kecuali mendoakan arwah kaum muslimin dan muslimin.Maaf Pak,saya kirim tulisan ini bukan berarti bahwa saya seorang ulama,melainkan hanya membagi-bagi informasi,kalau bebar maka itu dari Allah dan kalau salah berarti itu dari diri saya sendiri dan diri penulis sebelumnya yang saya jadikan rujukan.karena saya yakini benar maka saya sampaikan kepada saudara-saudaraku.Tinggal saudara-saudaraku menilai dengan benar apakah bisa diterima dan kalau ditolak tidak menjadi maslah juga,karena yang namanya manusia tentu berbeda-beda pikiran dan hati.
Saya senang atas tanggapan tulisan ini,karena dengan banyaknya tanggapan maka semakin membantu pembaca untuk menemukan kebenaran,apalagi bila tanggapan itu dilandasi dengan dalil kebenaran yaitu Al Quran dan Hadist.
Hadjar Dewantoro
|Iya Benar, sah-sah saja anda mengimani apa yang selama ini anda capai, tapi menurut saya tidak harus menghinakan agama lain dimedia publik seperti ini. Adalah betul anda dan kelompok jamiah anda dalam membesarkan rasa iman masing-masing individu dalam satu jamiah/aliran untuk saling men-support agar keyakinan jamiah tersebut terus bertahan, syukur berkembang dengan penambahan anggota jamiah, bukan begitu bapak? Adalah benar menyampaikan apa yang disinyalir salah dan atau benar dalam tataran syariat keislaman jamiah anda perlu dikoarkan-koarkan agar barisan jamiah terus selaras.
Yang menjadi masalah adalah ketika suatu apa yang menurut pandangan syariah dalam aliran anda salah dengan menggunakan analogi (contoh) menyangkut syariat agama lain dengan sengaja dipertontonkan ke publik yang mana media publik ini mencangkup seluruh warga negara Indonesia yang berbhinneka. Dan kemungkinan besar anda tidak tahu menahu soal inti atau keimanan agama lain sebagaimana yang menjadi andalan (kebiasaan) anda bahwa Nabi Muhammad SAW tidak mengajarkan demikian maka dengan hebat anda tentunya sedini mungkin menjauhinya. Sehinggap apa pun yang tidak/belum MASUK dalam ranah pemahaman anda dalam hal ini tema diatas maka akan anda beri predikat HARAM atau bahkan KAFIR. Bukan begitu?
Bila kebiasaan anda mempublikasi hal-hal yang menyinggung syariat agama lain atau lebih tepatnya menghinakan adat/syariat agama lain maka saya patut mempertanyakan kompetensi anda sebaga guru PPKn yang berazazkan Pancasila. Kecuali anda memang salah satu dari sekian orang yang memiliki visi dan misi mendirikan Negara Islam di Bumi Pertiwi ini. Sehingga tanpa memperhitungkan tatakrama, etika apalagi teknik komunikasi di media massa. Yang ada adalah menebarkan bibit permusuhan antar pemeluk agama di Nusantara. Kecuali ini adalah media komunikasi internal anda dan jamiah anda sendiri.
Sementara demikian dulu semoga dapat berlanjut diskusi ini.
SAHABUDDIN
|Maaf Pak Hadjar bila postingan saya membuat anda merasa tidak enak.Koment2 anda membuat saya tersadar bahwa tidak semua yang kita yakini benar, diyakini benar pula oleh orang lain.Saya bukanlah anggota suatu organisasi atau jamiah Islam dan tidak bermaksud memperluas jaringan.Saya hanyalah seorang yang belajar Islam melalui Al Quran,Hadist, buku2 Islam,tulisan2 di internet.Jadi sekali lagi kalau ada yang benar itu datangnya dari Allah dan kalau ada yang salah maka itu dari diri saya pribadi.Dalam postingan di atas tidak ada kata-kata yang menghina agama lain,karena dari beberapa literatur internet tentang asal mula tabur bunga justru penulisnya adalah orang Yahudi yang katanya menurut hasil penelitian tabur bunga berawal dari bangsa Israil.Saya memposting selain dengan niat menyampaikan informasi juga menunggu koment2 yang ilmiah dari pembaca,bagi yang pro apa dalilnya dan bagi yang kontra apa dalilnya,jadi bukan bermaksud untuk memecah belah bangsa Indonesia.Sekal lagi saya minta maaf,dan kepada siapa saja yang merasa kurang enak.Saya bukan ulama,tetapi orang yang mau belajar Islam,makanya kalau ada pendapat yang kontra saya terima asalkan disertai dalil-dalil ilmiah.
Hadjar Dewantoro
|Hehe.. tidak ada yang perlu dimaafkan santai saja bapak. Saya hanya sedikit menghaturkan sisi lain dari postingan bapak yang mana sekarang memang marak munculnya ustad-ustad baru dengan mempertontonkan dalil-dalil tanpa mau tahu atau tenggangrasa dimana ia berceramah tentang agamanya di media yang bersifat umum/media publik.
Secara pribadi sama sekali saya tidak tersinggung atas ulasan bapak perihal tema di atas. Istilah kasarnya persetan dengan keyakinan bapak soal itu, tidak ada sangkut pautnya dengan saya. Hanya saja nafsu orang-orang yang selalu bersembunyi dibalik kalimat “belajar Agama” dengan arogan membeberkan pencapaian keimanannya dengan menghujat/menghina apa yang diyakini suadara yang lainnya memunculkan indikator saling benci, saling memusuhi yang akan mengancam persatuan negeri ini. Keculai anda menulis semua itu di blog pribadi, website pribadi atau media golongan anda. Sehingga jelas dimana anda mengibarkan bendera suci keimanan anda dan golongan anda tersebut dan jelas pula apakah bendera untuk menantang perang atau sekedar pengibaran eksistensi atas pencapaian iman anda.
Kalau anda menuntut dalil-dalil atas uraian saya diatas, selama anda termakan dogma-dogma yang anda baca/pelajari maka MUSTAHIL akan mampu mendiskusikan ini kejenjang yang lebih lanjut. Karena anda akan berputar-putar pada bacaan kering semata. Apalagi informasi dari internet anda jadikan literatur untuk menunjang keimanan anda maka saya kira cukup sampai disini pembahasan ini.
Demikian bapak, terimakasih atas waktunya.