Artikel Kategori // Travelling

Tanpa terasa, satu dekade sudah. Anda tidak salah. Saya pun sangat tersadar. 10 tahun tsunami membuat pilu tidak hanya pada kami yang terkena musibah, tetapi pada semua makhluk yang bernyawa di muka bumi. Gempa yang belum pernah kami rasa. Tsunami yang tak pernah terdefinisi.
Tiada yang melupakan gaduh burung, ayam, dan binatang melata lain di pagi itu. Suara cicit berganti gemuruh yang sama sekali tidak kami ketahui bahwa itu adalah tsunami. Orang Aceh menyebutnya ie beuna atau air bah. Dalam seketika bumi Aceh luluh-lantak. Luka di mana-mana. Duka menjerit. Bahagia terampas. Anak-anak terlepas dari dekapan orang tua. Orang tua terpisah dari genggaman anaknya. Lapar. Haus. Kami berlari. Mencari jalan setapak yang masih kering, mendaki ke arah lebih tinggi dan rumput berembun. Tatapan kosong tak bisa menjelaskan makna apapun; selain langkah mencari nyawa yang masih tersisa di bangkai bangunan berserak.
Dan kini, 10 tahun lalu. Waktu yang sangat cepat sekali. Musibah telah membawa pergi senyum pada sanak-keluarga. Harta benda lenyap di bawa arus deras. Tetapi kami telah melupa. Kami bangkit sesuai takaran kemampuan manusia di bumi Aceh. Kami sudah muak dengan derita sepanjang konflik berdarah. Kami sangat ingin damai.
Di antara daerah lain, wilayah barat Aceh termasuk dataran rendah yang menjadi sorotan kala itu. Berita di mana-mana; Meulaboh telah hancur.
Biarlah hancur itu menjadi kenangan. Meulaboh kini telah berbenah menjadi kota tersibuk di Aceh selain Banda Aceh. Kota yang dekat sekali dengan lautan ini pernah tak mampu bernapas lega saat tsunami menerjang. Seluruh penjuru kota telah hancur. Masyarakat berlari ke Masjid Agung (Masjid Baitul Makmur). Masjid kubah emas yang dulu tak seindah sekarang. Tetapi lihatlah kini, masjid yang menampung ribuan manusia di pagi sendu telah menjadi dekapan terindah. Masjid ini menjadi salah satu bangunan bersejarah bagi kami. Tidak hanya itu, masjid ini termasuk ke dalam bangunan terindah di Aceh bahkan di Indonesia di tahun 2008.
Sekilas tentang masjid kubah orange di pusat kota Meulaboh. Masjid ini dibangun sekitar tahun 2000, tetapi peletakan batu pertama pada tahun 1987. Masjid ini berdiri di tanah seluas 5,2 hektar, luas bangunan 3500 persegi, dan bisa memampung 7000 jamaah. Masjid ini memiliki gerbang utama yang berbentuk Arch de Triomphe di pusat Kota Paris, Perancis.
Masjid ini menjadi satu-satunya tempat berkumpul, selain menunaikan kewajiban lima waktu dan sekali di hari Jumat. Jika di awal tsunami, beragam aktivitas kemanusiaan dimulai dari sini. Kini masjid dengan berbagai kaligrafi di setiap dindingnya sudah menjadi pusat kegiatan keagamaan Kebupaten Aceh Barat.
Lalu, lihatlah seluruh kota Meulaboh!
Pemandangan ini diambil dari atas Menara Telkom. Daerah ini merupakan salah satu kawasan yang tidak bisa dijabarkan dengan kata-kata pada 26 Desember 2004. Namun memori pahit telah usang dan terganti dengan deretan bangunan di sebelah kiri dan kanan. Bangunan tersebut merupakan pusat perbelanjaan terkenal di ibu kota kabupaten Aceh Barat. Saya katakan terkenal karena jika seorang laki-laki ingin menikah, dia akan melintasi deretan toko-toko di sini. Di deretan sebelah kanan kebutuhan laki-laki tersebut akan tersedia. Toko emas. Di mana emas masih menjadi mahar tak terganti di Aceh. Saya akan menulisnya di lain kesempatan. Selain toko emas terdapat toko ponsel dan toko kebutuhan rumah tangga. Deretan sebelah kiri lebih kurang hampir sama dengan sebelah kanan terkecuali toko emas.
Turun dari Menara Telkom, pemandangan berikutnya adalah deretan toko tingkat dua. Toko-toko ini menjual beragam kebutuhan rumah tangga serta makanan. Di belakang toko-toko ini langsung terdengar deru ombak yang menghentak telinga. Karena kami sudah terbiasa, deru ombak seakan tak terdengar lagi. Terlebih suara kendaraan bermotor yang melintas di jalanan teramat padat untuk kota kecil ini.
Berkeliling kota Meulaboh paling tidak memakan waktu lebih kurang 10 atau 15 menit saja. Kota ini kecil sekali. Hebatnya, semua kebutuhan begitu mudah didapatkan, kecuali bioskop. Banyak yang berubah setelah 10 tahun terakhir. Perubahan itu memang perlu untuk membuang luka. Meulaboh tidak berjibaku dengan kehilangan sehingga tidak mampu berbenah. Saya bisa merasakan sendiri perubahan sebelum dan sesudah tsunami. Sebelum tsunami, Meulaboh hanya berdiri sebagai kota barat terpinggirkan. Setelah tsunami, Meulaboh menjelma menjadi kota kecil yang metropolitan. Sedikit berlebihan saat saya menggunakan kata terakhir tersebut. Namun, seperti yang sudah saya katakan; semua kebutuhan ada di Meulaboh.
10 tahun yang benar-benar telah terlupa. Kesibukan membuat lara menjadi bahagia. Hari berlalu dengan cepat tanpa dilihat ke belakang. Usaha memperbaiki kerusakan dilakukan penuh semangat. Walaupun tidak semua mampu dilakukan dan mendapatkan efek menguntungkan, setidaknya Meulaboh telah mengubah paradigma kehancuran akibat tsunami. Anda bisa memasukkan Meulaboh sebagai salah satu kota tujuan wisata religi. Oh, tidak hanya religi saja. Pemandangan pantai dengan sunset sungguh menawan untuk dilewatkan. Anda bisa buktikan keindahan Meulaboh setelah menikmati secangkir sanger (minuman khas Aceh; campuran kopi dengan susu) di warung kopi berfasilitas internet gratis di seluruh penjuru kota.
Inilah salah satu perubahan lain di kota kecil ini. Warung kopi. Hampir di setiap penjuru kota terdapat warung kopi. Anda cukup memesan secangkir kopi saja, lalu mainkan smartphone, tablet maupun laptop. Informasi apa yang bisa terlewat saat terkoneksi internet?
Sebagai penutup, singgahlah ke warung kopi. Sekadar memposting hasil jepretan kamera Anda selama di kota “jajahan” musibah besar gempa dan tsunami.
Terakhir; mari kita tinggalkan luka pada jejak 10 tahun lalu!
***
Tulisan ini dimuat di Detik.com
Artikel Terkait
Anda harus login untuk berkomentar. Login Sekarang
Penulis Lainnya

Entesolusi
Penulis ini masih malu-malu menuliskan sedikit tentang Biografinya- Mengenal Kanker Serviks Secara Umum 26 July 2017 - 04:18
- Reumatik Penyakit Yang Menjengkelkan 13 July 2017 - 02:05
- Cara Memutihkan Gigi Secara Alami Dengan Cepat 13 July 2017 - 01:40
Komentar Terbaru
- Etos Kerja Guru PNS yang Buruk 9 Tahun yang lalu
- Cetak Kartu Digital NUPTK/PegID 9 Tahun yang lalu
- Bangga memiliki email user@madrasah.id 8 Tahun yang lalu
- Syarat Mengikuti Verval Inpassing 7 Tahun yang lalu
- KITAB SIAP PADAMU NEGERI v1.0 9 Tahun yang lalu
Kategori
- Lain-Lain (983)
- Pendidikan (446)
- Informasi Umum (360)
- Opini & Ide (218)
- Tips & Trik (192)
- Teknologi (93)
- Internet & Media Sosial (83)
Kaitan Populer