Tutorial DasarSIAP Wacana

Artikel Kategori // Lain-Lain

Beranda / Lain-Lain / Menghadapi Keterpurukan Cinta
Menghadapi Keterpurukan Cinta
0 Komentar | Dibaca 1314 kali

Penulis : ZaidBuri Prahastyo (Terapis NLP dan Hipnoterapi Guru BK SMK Darussalam Makassar)

“Mas, jadi bagaimana?”
Seorang kawan baru saja menceritakan bagaimana ia kemudian jatuh cinta.
Prosesnya biasa saja, bagai kisah roman picisan, hanya saja kawan saya itu sudah berkeluarga. Di situlah titik komplikasinya.

Tentu rasa cinta tersebut menabrak tata nilai di masyarakat, namun mengabaikannya begitu saja justru hanya membuat rasa itu menjadi sebuah bom waktu yang dapat meledak kapan saja. Dibutuhkan teknik NLP (Neurology Language Programming) untuk mengalihkan rasa tersebut ke arah yang tepat kemudian menetralkannya secara alami.

Kebanyakan orang yang menerima penjelasan seperti ini akan cenderung langsung konfrontasi, berantipati, sehingga masalah yang pada dasarnya dapat diselesaikan dengan komunikasi justru ditransformasi menjadi bom waktu. Padahal masalah hanya dipergilirkan saja, saat ini menimpa orang lain, boleh jadi suatu waktu kita lah yang mengalaminya, merasakannya, kemudian kebingungan, dan mengambil langkah yang tidak tepat. Jadilah pendengar yang baik. Jika tidak mampu, segera saja sarankan ke orang lain, sebab melawan diri sendiri memang sebuah Jihad Besar, perjuangan level dewa. Terlebih lagi misal dalam kisah saya di atas, sang istri masih ada hubungan kerabat.

Pertemuan pertama, dengan kemampuan mendengarkan yang baik ditambah kemampuan mengeksplorasi, Puji Tuhan kawan saya bisa melepaskan semua beban yang dirasakannya, kebingungannya tampak mereda, terlebih setelah saya memberikan sudut pandang yang tepat atas dilema yang dirasakannya. Segera setelahnya ia mampu menarik kesimpulan dan merumuskan beberapa tindak lanjut yang paling tepat untuk dilakukannya.

Pertemuan kedua dan ketiga, kami sudah terlibat dalam diskusi-diskusi yang dalam dan tajam, mengupas satu demi satu langkah-langkah yang menjadi pilihan, melihat kemungkinan-kemungkinan efek sampingnya, dan sebagainya. Pada pertemuan keempat, kawan saya sudah dengan penuh percaya diri memutuskan langkah yang akan dia lakukan dan konsekuensi yang harus dihadapinya. Saya memberinya dukungan penuh dan meyakinkannya bahwa dia tidak sendirian, bahwa selalu ada orang yang siap menjadi tempatnya bertukar pikiran.

Beberapa minggu kemudian dia memberitakan sebuah kabar yang sangat menyenangkan. Hubungannya dengan sang Istri kini semakin berkualitas setelah kejadian tersebut.

Alhamdulillah. Sallu ala nabi wa alihi.

Kejadian tersebut telah cukup lama berselang, dan saya memutuskan untuk membaginya kepada pembaca dalam bentuk tulisan esai dengan harapan semoga tulisan ini dapat menginspirasi pembacanya.

Jatuh cinta itu manusiawi, merupakan hasil dari pergerakan molekul-molekul tertentu di dalam tubuh yang efeknya adalah lepasnya senyawa kimia tertentu yang berakibat pada fisik seseorang. Jatuh Cinta setidaknya dipengaruhi oleh 5 hormon yaitu; dopamin, endorfin, feromon, oxytocin, dan neuropinephrin.

Dopamin memberi efek bahagia, bersemangat, dan mengurangi konsentrasi. Endorfin membuat segala sesuatu tampak indah, membuat gula jawa serasa coklat belgia. Feromon membuat rasa ketertarikan sedemikian hebat ketika 2 orang berlainan jenis bertemu, hormon yang paling bertanggungjawab atas terjadinya hubungan seksual. Oxytocin membuat ingin selalu dekat dengan pasangan, menghilangkan rasa malu dan menjadi pecemburu. Neuropinephrin memberi efek energik, rasa memiliki, dan menurunkan nafsu makan.

Hormon-hormon tersebut tidak bertahan lama, maksimal hanya sampai 3-4 tahun saja. Maka janganlah heran ketika menyaksikan banyak remaja sedemikian dibutakan oleh hormon-hormon tersebut, kehilangan logika, membantah orang tua, melanggar larangan agama, tidak mendengar nasihat orang lain, tapi beberapa tahun kemudian berlinang air mata menyesali apa yang telah diperbuatnya.

Jatuh Cinta secara kimiawi memberi kita pemahaman bagaimana mempertahankan sebuah hubungan setelah melalui tahun ke-4. Atau bagaimana membuat reaksi kimia tersebut terpicu kembali. Secara kimia terjawab bahwa reaksi kimia tersebut dapat distimulasi kembali, dapat dipicu kembali, dan kuncinya ada pada hormon yang bernama Feromon. Setiap usaha mempertahankan sebuah hubungan akan mengaktifkan hormon Feromon dan berakibat pada aktifnya 4 hormon lainnya. Sungguh luar biasa bukan.

Cinta itu anugerah, cinta itu energi, cinta itu sebab, karenanya segala hal bisa terjadi, cinta itu bisa membawa kebaikan tapi bisa pula membawa keburukan, seseorang membunuh orang lain karena terlalu cinta harta, seseorang menelantarkan orang lain hanya karena dibutakan cinta. Bumi dihamparkan Tuhan pun karena cinta. Para penyembah menyembah karena cinta. Love is everything, dari sisi manapun engkau melihatnya. Cinta itu kekuatan, dan keputusan menggunakannya untuk baik atau buruk, terserah pribadi masing-masing.

Cinta itu buahnya adalah kebahagiaan, maka berikanlah kebahagiaan pada orang lain, dan Tuhan akan mengaruniaimu Cinta dari sisiNYA. Ilahi Anta maksudi wa ridhaKa matlubi, Atini rahmatiKa wa muhabbatiKa. aamiin.

Harap tunggu, laporan sedang dalam proses submit....

Anda harus login untuk berkomentar. Login Sekarang

Penulis Lainnya

IZA ZULEKHA

Penulis ini masih malu-malu menuliskan sedikit tentang Biografinya
Daftar Artikel Terkait :  1
Layanan ini diselenggarakan oleh PT. TELKOM INDONESIA untuk dunia pendidikan di Indonesia.
Mari kita majukan bangsa Indonesia, melalui pemanfaatan Teknologi Informasi yang tepat guna
pada dunia pendidikan Indonesia.
Sistem Informasi Aplikasi Pendidikan
versi 2.0