Artikel Kategori // Pendidikan
Sekitaran tahun 2035 dipercaya sebagai salah satu titik penentu kejayaan bangsa Indonesia. Pada tahun tersebut, diperkirakan bangsa Indonesia akan memperoleh bonus demografi. Bonus demografi dikatakan sebagai peluang akibat besarnya proporsi penduduk produktif. Melalui pemanfaatan sumber daya manusia yang produktif tersebut dipadukan dengan sumber daya alam Indonesia yang melimpah, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berkembang dengan pesat. Namun, apa yang terjadi bila sumber daya manusia yang diharapkan pada saat itu terdiri dari tenaga-tenaga korup?
Sebagaimana diketahui saat ini. Korupsi merupakan penyakit yang sepertinya sudah mewabah dan mengakar pada seluruh sendi kehidupan bangsa ini. Pada akhir tahun 2014 lalu, peringkat Indonesia pada indeks korupsi yang dikeluarkan Transparency International ada pada peringkat 107. Posisi Indonesia masih jauh di bawah negara-negara tetangga seperti Filipina, Malaysia dan Singapura. Korupsi tidak hanya terjadi pada pucuk daun yang terlihat, tapi juga pada akar rumput yang tak tersentuh. Parahnya lagi, banyak orang berteriak tentang korupsi sementara dirinyapun ternyata korupsi. Lain di pikir, beda di bibir, tak sama yang dijalani.
Manusia Indonesia 2035 yang menjadi harapan bangsa nantipun bisa demikian. Bisa saja mereka menjadi mesin-mesin korupsi yang mengeruk kekayaan bangsa ini demi keuntungan pribadinya. Mungkin saja mereka menjadi tukang begal hak-hak orang lain demi kepuasan kelompoknya. Dan sangat memungkinkan mereka justru menjadi beban bangsa saat seharusnya mereka menjadi mesin ekonomi kreatif yang meningkatkan perekonomian Indonesia pada sekitaran tahun tersebut.
Hal tersebut tentunya tidak boleh terjadi. Manusia Indonesia tahun 2035 yang saat ini sedang belajar di bangku pendidikan harus ditempa menjadi generasi masa depan yang anti korupsi. Mereka harus diberikan pelajaran tentang pedihnya dampak korupsi. Mereka harus menyadari tentang betapa rendahnya perilaku korupsi. Dan mereka harus belajar membenci korupsi sebagai bagian dari harga diri.
Tentunya berbicara jauh lebih mudah dari melaksanakannya. Pembentukan generasi anti korupsi melalui dunia pendidikan tidaklah semudah menuai tarikan nafas. Namun semuanya hendaknya dimulai dari niat, disebarkan dengan perkataan, dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Semua elemen bangsa ini harus menyadari dan memiliki visi akan nasib anak cucu mereka di masa depan dan mulai bertindak, bergerak, dan berubah!
Semuanya dapat diawali dari tokoh nasional. Orang-orang besar yang sering terlihat di media nasional, bangunlah keyakinan bagi anak-anak bangsa ini. Jadilah panutan bagi mereka dalam sikap maupun perbuatan. Dan jika orang-orang besar ini tidak memiliki keyakinan untuk bisa memberikan contoh yang baik bagi para pelajar lugu ini, maka tidak perlu kiranya lagi untuk tampil dan dijadikan inspirasi oleh calon motor pembangunan negara ini.
Masyarakat umum juga harus mulai berbenah. Berhentilah menganggap tindakan korupsi sebagai sesuatu yang biasa. Janganlah pernah merecoki pikiran anak bangsa bahwa tindakan koruptif itu adalah rahasia umum. Mulailah memandang sinis perilaku korupsi dan jauhkan anak-anak kita dari pengaruhnya. Orangtua sebagai bagian dari masyarakat dan pembimbing anak di rumah harus mulai menanamkan bahwa tindakan koruptif itu mencederai harga diri mereka dan keluarganya. Anak harus dibiasakan untuk menjaga harga diri mereka.
Terakhir, guru di sekolah yang dipercaya sebagai insan cendikia harus memulai dengan kesungguhan diri. Guru harus sungguh-sungguh dalam tiap niat, perkataan, dan perbuatannya untuk memberikan teladan dan membentuk jiwa anti korupsi pada diri siswa. Tanamkan kejujuran, kepedulian, kemandirian, disiplin, tanggung-jawab, kerja keras, kesederhanaan, keberanian, dan keadilan pada siswa. Ajarkan pada mereka bahwa perhiasan yang terindah di dunia ini adalah kejujuran yang melekat pada diri mereka. Harta yang jika mereka dapat dari sebuah tindakan yang tidak jujur tidak akan bisa melampaui kilauan aura kejujuran sebagai perhiasan abadi dalam diri mereka.
Jangan lupa pula untuk menanamkan kepedulian akan lingkungan mereka. Kepedulian terhadap nasib orang-orang susah yang mungkin merupakan akibat dari perilaku koruptif yang dilakukan orang lain. Ajarkan pula anak tentang kemandirian dalam menjalani hidupnya. Dengan kemampuan berdiri di atas kaki sendiri, mereka akan kuat dan tak mudah digoda oleh materi dari hasil korupsi. Kedisiplinan dalam mengikuti prosedur juga harus dibiasakan agar kelak mereka tidak berusaha menyalahi prosedur untuk keuntungan pribadi. Jangan lupa pula untuk menanamkan tanggung-jawab akan segala tindakan yang dilakukan. Didik anak untuk selalu bekerja keras dan hidup dalam kesederhanaan. Terakhir, bentuklah keberanian pada diri siswa untuk memerangi korupsi demi keadilan masyarakat yang telah dipegang teguh.
Masa depan dan kejayaan bangsa Indonesia ada di tangan kita saat ini. Menjadi apa generasi mendatang tergantung bagaimana kita mendidiknya saat ini. Jangan kita racuni mereka yang akan menjadi kepala keluarga dan ibu bagi generasi selanjutnya nanti. Mari mulai dari diri sendiri, pada niat, perkataan, dan perbuatan dalam harmoni.
Artikel Terkait
Hanya satu komentar pada "Masa Depan Kita Ditangan Generasi Anti Korupsi"
Anda harus login untuk berkomentar. Login Sekarang
Penulis Lainnya

M. Daniansyah, S.Pd
xzzxzXzx- Surat Pernyataan Sergur 23 April 2014 - 08:04
Komentar Terbaru
- Etos Kerja Guru PNS yang Buruk 9 Tahun yang lalu
- Cetak Kartu Digital NUPTK/PegID 9 Tahun yang lalu
- Bangga memiliki email user@madrasah.id 8 Tahun yang lalu
- Syarat Mengikuti Verval Inpassing 7 Tahun yang lalu
- KITAB SIAP PADAMU NEGERI v1.0 9 Tahun yang lalu
Kategori
- Lain-Lain (983)
- Pendidikan (446)
- Informasi Umum (360)
- Opini & Ide (218)
- Tips & Trik (192)
- Teknologi (92)
- Internet & Media Sosial (83)
Kaitan Populer
Ika Wita Ersalina
|saya belum ingin memikirkan mengenai masa depan bangsa inidi tahun 2035 mendatang. pasalnya, anak seusia saya (16 tahun) bahkan yang jauh dibawah saya kelas 6 SD, sudah mengenal rokok, pornografi. kedua hal tersebut lebih dipandang remeh oleh masyarakat kita. padahal hal tersebut mempengaruhi karakter dan kepribadian generasi penerus bangsa kita. jadi, dimohon kepada pembaca, penulis post, maupun admin, untuk lebih memperhatikan kepada kedua hal tersebut serta bagaimana cara menanganinya lewat tindakan-tindakan kecil dan nyata. terima kasih.