Tutorial DasarSIAP Wacana

Artikel Kategori // Lain-Lain

Beranda / Lain-Lain / Andil Tayangan TV Dalam “Karbitisasi” Mental Anak
Andil Tayangan TV Dalam “Karbitisasi” Mental Anak
0 Komentar | Dibaca 1377 kali

ScreenHunter_143 Feb. 09 16.11

Belum reda kehebohan di sosial media atas tingkah siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang menyatakan cinta kepada siswi SD, kini hal yang hampir serupa kembali terulang. Beberapa saat lalu netizen dihebohkan oleh dua sejoli siswa SD yang secara terang-terangan mengungkapkan cinta mereka di status media sosial Facebook. Anak-anak usia Sekolah Dasar itu dengan fasihnya saling mengungkapkan perasaan cintanya layaknya orang dewasa. Perilaku tak wajar anak SD itupun mengundang berbagai reaksi para netizen. Miris, mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan perilaku anak SD di atas.

Secepat itukah perkembangan mental anak sekarang ini? ataukah mereka dipaksa menjadi “dewasa” sebelum waktunya?
Peristiwa di atas tak ubahnya merupakan potret betapa memperihatinkannya perkembangan anak-anak kita dewasa ini. Fenomena tersebut layaknya gunung es, yang hanya nampak ujungnya. Realitas sesungguhnya bisa jadi lebih mengkhawatirkan dari apa yang nampak di permukaan. Pembaca yang tumbuh di tahun 90 an atau lebih tentu merasakan betapa berbedanya masa kecil kita dengan perkembangan anak jaman sekarang.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah faktor apa gerangan yang memicu munculnya fenomena tersebut? tentu banyak sekali jawaban yang bisa diutarakan. Dan perkembangan teknologi informasi yang tak terbendung bisa jadi termasuk di dalamnya.

Perkembangan teknologi informasi memang layaknya dua mata pisau. Di satu sisi memberikan banyak manfaat bagi kita, tetapi di sisi lain tak sedikit dampak negatif yang ditimbulkan. Anak-anak yang tumbuh besar di era digital ini suka tidak suka akan selalu bersinggungan dengan mudahnya akses segala macam informasi. Segala macam bentuk informasi, baik dari internet, televisi, maupun media lain seakan tak terbendung untuk ikut serta mewarnai setiap fase perkembangan anak. Televisi, sebagai media yang paling dekat dengan masyarakat punya andil yang tak sedikit dalam mempengaruhi perkembangan anak. Terlebih saat ini tayangan televisi bisa dengan bebas diakses oleh siapapun dan kapanpun tanpa batasan usia.
Pengaruh negatif tayangan televisi.
Fase perkembangan anak usia Sekolah Dasar sering juga disebut sebagai usia meniru. Anak cenderung akan memproses segala informasi yang diperolehnya untuk ditiru. Anak pada fase ini senang belajar dengan cara meniru, terutama menirukan pembicaraan dan tindakan orang lain. Menurut Kohlberg dan Piaget, sikap dan perilaku moral anak bukan semata hasil sosialisasi atau pelajaran yang diperoleh dari kebiasaan yang berhubungan dengan nilai kebudayaan saja, tetapi juga terjadi sebagai akibat dari aktivitas spontan yang dipelajari dan berkembang melalui interaksi sosial anak dengan lingkungannya (Kurnia, 2007). Artinya bahwa lingkungan dimana anak tumbuh punya andil besar.

Kenyataan di atas sayangnya tidak didukung oleh tayangan televisi di negeri ini. Seperti yang kita tahu bahwa masih banyak tayangan yang kurang mendidik di pertelevisian kita. Mulai dari tayangan yang mengandung konten kekerasan, kriminal, percintaan, bahkan pornografi masih juga berlalu-lalang tiap harinya. Parahnya tayangan-tayangan tersebut dapat dengan mudah diakses oleh anak-anak. Tayangan-tayangan yang kurang mendidik itu entah sadar atau tidak justru tayang di waktu yang dengan mudah ditonton oleh anak.
Miris melihat betapa menjamurnya sinetron, Ftv, bahkan film kartun yang mengandung unsur percintaan. Anak-anak usia sekolah dasar seakan dicekoki oleh adegan-adegan percintaan yang tak seharusnya mereka lihat. Hampir setiap hari, bahkan di waktu-waktu primer acara tersebut tak hentinya wara-wiri di layar kaca. Mungkin orang tua yang mempunyai anak usia sekolah merasakan bagaimana sulitnya menyuruh anak untuk belajar sekarang ini. Di jam belajar banyak anak yang lebih memilih duduk di depan televisi dari pada mengerjakan PR atau belajar.
Adegan-adegan percintaan yang notabene merupakan konsumsi orang dewasa banyak ditonton anak. Anak yang menonton tayangan tersebut tanpa bimbingan orang tua mau tak mau menelan bulat-bulat apa yang disaksikannya. Sepertinya hal itu juga yang memberikan ilham anak-anak yang menggemparkan sosial media di atas untuk melakukan hal serupa dengan apa yang ditontonnya. Anak-anak yang belum bisa menyaring apa yang baik dan buruk dianjiri informasi yang tak seharusnya mereka dapat. Anak-anak jaman sekarang layaknya buah yang diberikan karbit untuk bisa matang sebelum waktunya. Untuk menjadi dewasa dalam konotasi yang negatif.
Pentingnya peran orang tua.
Orang tua, sebagai figur yang paling dekat dengan anak tak terelakan lagi peran vitalnya. Teladan yang baik bagi anak merupakan hal yang wajib ada dalam setiap fase perkembangan anak. Orang tua sudah seyogyanya menjadi figur nomor 1 yang harus menjadi panutan anak. Pengawasan dari orang tua terhadap apa yang ditonton oleh anak juga merupakan sebuah keniscayaan. Tidak ada alasan lagi kalau orang tua sibuk dan tidak ada waktu untuk mendampingi anak. Ketegasan orang tua dalam mengontrol tayangan apa saja yang boleh ditonton anak harus dilakukan.
Guru sebagai orang tua anak saat di sekolah juga wajib ambil bagian. Pembelajaran mengenai nilai, norma, dan pembentukan karakter anak merupakan tugas utama guru -disamping tentu saja transfer pengetahuan. Guru haruslah bisa menanamkan pada diri siswanya mengenai apa yang baik dan buruk, apa yang boleh dan apa yang tak sepantasnya dilakukan. Bahkan sebagai sosok yang terkadang justru menjadi figur bagi siswa, guru harusnya menjadi suri tauladan yang baik bagi anak.
Masalah tumbuh kembang anak memang sebenarnya merupakan tanggung jawab kita semua. Pemerintah dalam hal ini juga wajib hadir. Melalui otoritas lembaga yang berwenang pemerintah juga wajib ikut serta menyaring layak tidaknya informasi yang diakses anak. Hal itu semua dilakukan dalam rangka mendidik calon generasi penerus bangsa. Ini tanggung jawab kita semua. Kecuali kita ikhlas generasi mendatang disebut generasi “karbitan”.

Harap tunggu, laporan sedang dalam proses submit....

Anda harus login untuk berkomentar. Login Sekarang

Layanan ini diselenggarakan oleh PT. TELKOM INDONESIA untuk dunia pendidikan di Indonesia.
Mari kita majukan bangsa Indonesia, melalui pemanfaatan Teknologi Informasi yang tepat guna
pada dunia pendidikan Indonesia.
Sistem Informasi Aplikasi Pendidikan
versi 2.0