Artikel Kategori // Lain-Lain
Menyambung dari artikel sebelumnya "Pendidikan politik bagi pemula", terutama untuk kalangan siswa-siswi SMA dan sederajat, seyogyanya dihubungkan dengan makna pendidikan dalam arti luas. Bahwa pendidikan untuk mensosialisasikan siswa kedalam nilai-nilai, norma-norma dan kebiasaan-kebiasaan dasar dar imasyarakatnya.
Berkenaan dengan pendidikan politik bagi siswa sebagai bagian masyarakat pemilih pemula dalam pemilihan umum, diharapkan dapat dijadikan sebagai proses pembelajaran untuk memahami kehidupan bernegara. Bahwa proses pemilihan tersebut merupakan momentum bagi rakyat untuk secara langsung menentukan pilihan politiknya. Yang dilindungi oleh undang-undang dan sah secara hukum.
Dan sebetulnya, dalam pendidikan formal telah ada pembelajaran berdemokrasi dan berpolitik. Sebagaimana diketahui dan dialami penanaman kesadaran politik itu dilakukan baik melalui kegiatan-kegiatan intra maupun ekstrakurikuler. Misalnya, dalam pemilihan ketua OSIS atau ketua kelas. Sedangkan dalam jalur non formal dan informal proses tersebut berjalan melalui komunikasi social secara timbal-balik, di lingkungan keluarga, organisasi-organisasi kemasyarakatan serta forum-forum kemasyarakatan lainnya.
Penanaman pengetahuan tentang politik sejak dini memang selayaknya dilakukan. Agar pemahaman para siswa pada politik tidak keliru dan kabur. Bagi siswa kekaburan pandangan tentang politik akibat dari praktek kehidupan politik yang lebih menampilkan aspek negative. Sehingga, dalam benak siswa tumbuh citra yang negatif. Misalnya, adanya politik uang (money politic) dan pemaksaan kehendak dan kepentingan pada golongan tertentu.Hal itu membuat persepsi kesadaran siswa tentang budaya politik kurang benar.
Pada saat ini rata-rata usia siswa SMA yang berkisar 16-18 tahun, adalah potensi pendulang suara yang potensial. Oleh karena itu, agar tak timbul kejenuhan akibat kegiatan yang monoton dan siswa dianggap sekedar “anak bawang” harus diubah. Mereka adalah generasi penerus estafet kepemimpinan nasional di masa depan.
Oleh karena itu, pembelajaran berpolitik tak hanya sesaat, tapi terus-menerus dilakukan. Ini tak hanya menjadi tanggung jawab partai politik. Namun, semua elemen bangsa terkait. Termasuk pemerintah dalam menerapkan elemen pendidikan politik yang baik dalam kurikulum. Sehingga, setelah perhelatan pemilihan selesai maka selesailah sudah tugas mereka sebagai anggota masyarakat dalam berdemokrasi. Padahal pemahaman dan etika berdemokrasi sangat diperlukan sepanjang mereka sebagai warga negara dan generasi penerus bangsa untuk memajukan budaya politik yang terpuji.
Di sinilah kita melihat betapa perlunya menyosialisasikan kesadaran politik bagi siswa kedalam nilai-nilai, norma-norma dan kebiasaan-kebiasaan dasar dalam kehidupan kemasyarakatan, dimana kehidupan politik merupakan salahsatu seginya. Dan karena tujuan yang demikian itu adalah juga merupakan tujuan dari pendidikan, baik formal maupun informal.
Hal tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Hilmiah Mahardini, putri Kepala SMA Wahid Hasyim Model Sumberwudi, Karanggeneng Lamongan, bahwa sebagai pemilih pemula, harus pandai-pandai memilih pemimpin yang baik dan jujur. Agar tidak terjerumus dalam kesesatan yang diciptakan oleh para pemimpin, para siswa perlu mendapatkan bimbingan yang tepat.
“Dan pendidikan politik adalah solusi terbaik agar kita mengerti tentang politik. Karena kegiatan politik memiliki banyak tujuan bagi kita sebagai pemilih pemula. Salahsatunya adalah sadarakan hak dan kewajiban serta tanggung jawab terhadap kepentingan bangsa dan negara yang terutama diwujudkan melalui keteladanan. Dan salahsatu sarana dari pendidikan adalah sekolah, karena di sekolah kita diajarkan mengenai politik seperti dalam pelajaran pendidikan kewarganegaraan,”Paparnya bersemangat.
Hal yang sama dikatakan oleh Ketua PPK Kecamatan Karanggeneng, Abdul Haris, bahwa sebagai generasi penerus bangsa yang akan menentukan nasib bangsa di masa yang akan datang dan para siswa juga sudah mendekati umur 17, maka harus menentukan pilihan politik. Menyalurkan suara dalam pemilu-pemilu untuk memilih pemimpin yang akan memajukan bangsa.
“Dan kalian juga sudah mendapatkan pendidikan mengenai politik dari berbagai media misalnya internet ataupun buku-buku. Karena itu, kalian harus memilih pemimpin yang baik sesuai dengan hati nurani kalian. Kalian tidak boleh terpengaruh oleh faktor-faktor yang dapat membuat pendirian kalian goyah, seperti yang terjadi pada saat ini yaitu politik uang dan manipulasi suara,” ungkapnya.
Artikel Terkait
Anda harus login untuk berkomentar. Login Sekarang
Penulis Lainnya

cornellbly
Penulis ini masih malu-malu menuliskan sedikit tentang Biografinya- Membuat Fun Cooking-Dengan Nasihat Ahli 06 April 2017 - 02:27
Komentar Terbaru
- Etos Kerja Guru PNS yang Buruk 10 Tahun yang lalu
- Cetak Kartu Digital NUPTK/PegID 9 Tahun yang lalu
- Bangga memiliki email user@madrasah.id 8 Tahun yang lalu
- Syarat Mengikuti Verval Inpassing 8 Tahun yang lalu
- KITAB SIAP PADAMU NEGERI v1.0 9 Tahun yang lalu
Kategori
- Lain-Lain (984)
- Pendidikan (446)
- Informasi Umum (360)
- Opini & Ide (218)
- Tips & Trik (192)
- Teknologi (94)
- Internet & Media Sosial (83)
Kaitan Populer