Artikel Kategori // Pendidikan
Ada-ada saja celetuk yang dilontarkan anak-anak saat saya mengajar. Kali ini dari kelas XII MAK. Saya tengah memberi ulasan tambahan terhadap contoh resensi buku Hari Ini Aku Makin Cantik tentang cerita sederhana dari orang-orang sederhana, namun menyimpan kedalaman makna.
Saya bertanya, “Apakah kalian menjumpai orang yang penampilannya sederhana, tapi hati dan pemikirannya ….”
“Wowwww” seorang siswa berceletuk melanjutkan kalimat saya yang terpotong sejenak itu. Kami semua lalu tertawa.
“Ya, betul! Orang yang penampilannya sederhana, tapi hati dan pemikirannya “wow”,” saya langsung merespons antusias celetuk siswa tersebut.
“Apakah kalian menjumpai orang seperti itu?”
“Ya,” jawab mereka serentak.
“Bagaimana dengan yang sebaliknya? Maksud saya, orang yang penampilannya “wow,” tapi, hati dan pemikirannya ….”
“Aw,” siswa lain berceletuk lagi. Kali ini tawa kami lebih heboh dan semakin menjadi-jadi. Aku pun makin tercengang dibuatnya. Sungguh, ini celetuk yang cerdas.
“Ya, betul!” jawab saya setelah tawa kami semua reda. “Apakah kalian juga menjumpai orang yang penampilannya “wow”, tapi pemikirannya “aw”?
“Ya, Ustad!” jawab mereka kompak.
Celetuk siswa di atas membawa pikiran saya lebih jauh tentang manusia. Tepatnya tipe-tipe manusia. Dari situ saya jadi berkesimpulan bahwa berdasarkan dua kata seru “wow” dan “aw” itu manusia bisa dibagi menjadi empat tipe.
Tipe pertama adalah manusia “aw-aw”. Yakni manusia yang penampilannya kacau, hati dan pemikirannya melompong. Sudah penampilannya kere dan kampungan, otaknya udang. Fisik tak menarik, batin tak berisi. Manusia tipe ini tak punya kelebihan sama sekali. Pokoknya, tak ada yang bisa diperhitungkan dari manusia ini, baik luarnya maupun dalamnya! So, hindari manusia tipe ini!
Tipe kadua adalah manusia “aw-wow”. Yakni, manusia yang penampilan fisiknya kere, tapi hatinya cerdas. Luarnya kampungan, tapi otaknya Jerman. Bajunya rombengan, tapi hatinya Madinah. Tipe manusia ini tidak memerhatikan tetek bengek yang bersifat aksesoris, tapi lebih mementingkan hal-hal yang berhubungan dengan penajaman visi intelektual, emosional, dan spritual serta pengembangan kualitas moral. Manusia dengan tipe ini tak ubahnya buah manggis: kulitnya hitam dan keras, tapi isinya putih, lembut, dan manis. Mereka ini sudah lebih terpesona dengan keindahan rohani ketimbang keindahan jasmani.
Sosok manusia tipe ini biasa dijumpai di kalangan sufi dan seniman. Tentu saja di kalangan lain juga. Mungkin, Gus Dur bisa kita jadikan satu dari sederet nama manusia tipe ini. Beliau, bahkan dalam posisinya sebagai presiden sekalipun, penampilan fisiknya tak berubah. Meski, tak seekstrem sosok dalam dunia sufi yang saking sederhananya penampilannya sampai-sampai sebagian mereka dikira pengemis.
Tipe ketiga adalah manusia “wow-aw”. Yakni, manusia yang dilihat dari segi fisik sangat meyakinkan, tapi setelah ditelusuri lebih mendalam ternyata tak ada apa-apanya. Terlihat emas, padahal loyang. Cassing mulus, onderdilnya aus. Kulit halus, hatinya busuk. Manusia tipe ini adalah srigala berbulu domba. Sangat berbahaya. Sebab, lewat penampilan fisiknya yang perlente, dengan mudah ia bisa mengecoh orang. Orang gampang tertipu oleh tampang kerennya itu. Lebih-lebih orang sekarang yang lebih terpesona melihat aspek luar ketimbang mencermati sisi dalam.
Tak sulit mencari contoh manusia tipe ini. Lebih-lebih di dunia politik. Sekali membuka mata, puluhan nama akan terpapar di depan mata kita. Mereka ini bermuka manis, menebar janji-janji setinggi langit, namun kenyataannya hati mereka buas. Kalau masih calon, mereka lunak dan jinak. Senyum ditebar pada seluruh rakyat. Tapi setelah jadi, dan merasakan sejuknya ruangan ber-ac, ia lupa dengan janjinya. Meski ia tetap tersenyum kepada kita, senyumnya adalah tipu daya.
Tipe keempat adalah manusia “wow-wow”. Yakni, manusia yang penampilannya oke, hati dan pemikirannya juga oke. Imbang antara kualitas fisik dan mental. Serasi antara aspek jasmani dan rohani. Pakaian perlente, luhur akhlak dan budi pekerti. Manusia tipe ini menyadari bahwa penampilan fisik yang meyakinkan, kemudian disertai kesucian hati, kecerdasan akal, dan ketinggian moral, adalah cermin keutuhan syukur. Sufi besar, Imam Abul Hasan al-Syadzili, layak kiranya dijadikan contoh manusia tipe ini. Ia suka mengenakan pakaian bagus, tapi tanpa rasa sombong, semata karena mengamalkan firman Allah (Q.S. Al-A‘râf: 32), “Katakanlah, ‘Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya, dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?’ Katakanlah, ‘Semua itu (disediakan) bagi orang-orang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) pada hari kiamat.’”
Itulah empat tipe manusia yang bisa saya kembangkan dari celetuk siswa: “wow” bukan “aw”. Celetuk yang tak hanya inspiratif, tapi lebih-lebih mencerahkan. Paling tidak, ya buat saya.
Terima kasih, Anak-Anakku!
Jaddung, 29 November 2015.
Artikel Terkait
Anda harus login untuk berkomentar. Login Sekarang
Penulis Lainnya

kang Zam
Penulis ini masih malu-malu menuliskan sedikit tentang Biografinya- Pidato Peringatan Hari Kesaktian Pancasila 2022 10 November 2022 - 09:21
- Home Fonts Script And Handwritten Stayhome 16 October 2021 - 05:45
- Fonts Script And Handwritten Creative Design 11 October 2021 - 05:08
Komentar Terbaru
- Etos Kerja Guru PNS yang Buruk 10 Tahun yang lalu
- Cetak Kartu Digital NUPTK/PegID 9 Tahun yang lalu
- Bangga memiliki email user@madrasah.id 8 Tahun yang lalu
- Syarat Mengikuti Verval Inpassing 8 Tahun yang lalu
- KITAB SIAP PADAMU NEGERI v1.0 9 Tahun yang lalu
Kategori
- Lain-Lain (984)
- Pendidikan (446)
- Informasi Umum (360)
- Opini & Ide (218)
- Tips & Trik (192)
- Teknologi (94)
- Internet & Media Sosial (83)
Kaitan Populer