Tutorial DasarSIAP Wacana

Seorang nenek mempunyai dua orang cucu. Cucu pertama sangat patuh. Apa pun yang diperintahkan nenek pasti dikerjakan. Apa pun yang dilarangnya ia hindari. Nenek sangat apresiatif terhadap sikap dan perilakunya yang sangat taat itu. Dan, sebagai imbalan atas kebaikan itu si nenek memberinya imbalan berupa sebuah rumah dengan segala fasilitasnya yang serba mewah. Tentu, saja si cucu bahagia dan berterima kasih atas imbalan itu.

Cucu kedua berbeda. Tak seperti yang pertama, ia tak tekun melaksanakan perintah si nenek dan tidak konsisten menjauhi larangannya. Bahkan, beberapa kali ia lalai mengerjakan garis keketapan si nenek. Sering terpeleset ke dalam perbuatan yang justru merupakan larang si nenek. Bukannya ia tidak tahu kalau ia melakukan pelanggaran. Tapi, ia terlalu percaya bahwa nenek sangatlah baik dan penuh kasih saying. Dan, itu yang sering diungkapkan kepada si nenek ketika ia ditegur atas pelanggaran yang dilakukan. Dan, seperti keyakinan si cucu, neneknya ternyata juga memberinya sebuah rumah dengan segala fasilitasnya yang serba mewah.

Cucu pertama datang menyapikan keberatan. “Nenek, kenapa ia mendapat imbalan yang sama denganku?”
“Itu bukan imbalan, Cucuku! Itu hadiah dariku. Itu ungkapan cinta dan kasih sayangku padanya?”
“Bagaimana bisa Nenek mencintai orang yang suka tidak patuh pada Nenek?”
“Cinta bukan soal ketundukan, Cucuku. Cinta adalah hak. Karena aku mencintainya maka aku berhak memberinya apa saja.”
Si cucu bergeming. Lalu katanya, “Apakah nenek tidak mencintai saya?”
Si nenek tersenyum seraya mengelus-elus kepala cucunya yang patuh itu.

Harap tunggu, laporan sedang dalam proses submit....

Kategori Laporan :	Konten mengandung SARA Konten mengandung Pornografi Konten melanggar Hak Cipta Lainnya
Penjelasan Laporan :