Artikel Kategori // Opini & Ide

Bila melihat mainan anak pada jaman sekarang, tentu sangat berbeda dengan saat kita kecil dulu. Dimana berbagai mainan anak tradisional didapat dengan cara membuatnya sendiri, sebab belum banyak penjual mainan pada saat itu.
Seperti misalnya mainan anak yang terbuat dari pelepah pohon pisang yang diiris-iris. Dulu mainan itu dinamakan “bedil-bedilan”. Di sekolah saat mempelajari ketrampilan, beberapa teman yang lain pun bahkan membuat mainan lain berbahan alami seperti mobil-mobilan dari kulit jeruk, keris-kerisan dari janur kelapa, kincir air dari pelepah daun singkong dan lain-lain. Bahkan saat salah seorang teman sedang berulang tahun, mereka bikin sendiri mainan anak rayakan ulang tahun.
Mainan anak tradisional adalah satu sistem kreatif yang mengagumkan lantaran si anak dituntut untuk dapat berimajinasi, lalu menuangkannya dalam design serta karya dengan bahan yang begitu terbatas. Sistem kreatif itu terkecuali melatih olah fikiran (imajinasi tehnis), juga melibatkan olah rasa (sense of art) serta olah fisik lantaran si anak dituntut untuk kerjakan sendiri mainan yang diinginkannya.
Sewaktu mainan impor mulai membanjiri pasar serta toko mainan, jadi mainan anak tradisional mesti makin kita budayakan, terlebih di lokasi perkotaan. Peran sekolah dalam soal ini sangatlah besar, sebagian kurikulum yang ada bisa disisipi muatan lokal ketrampilan berbentuk mainan khas di daerahnya semasing.
Derasnya serbuan mainan anak produksi luar negeri, termasuk juga mainan murah dari Cina, membawa dampak begitu besar untuk daya fikir, ciri-ciri ataupun sikap serta karakter seseorang anak. Hal ini membuat orang tua harus ekstra selektif memilih mainan untuk si buah hati. Permainan anak sekarang ini cenderung banyak membuat emosional anak bertambah serta membentuk karakter individualistik.
Tidak sama dengan mainan anak tradisional, anak-anak dituntut kreatif mulai sejak dalam sistem membuatnya yang perlu berbaur dengan alam, lantaran bahan didapat dari sekitar lingkungan. Demikian juga waktu memainkannya, terkecuali dituntut kreatif harus juga mempunyai kiat, kemampuan (tenaga), kebersamaan, kejujuran serta yang lain, yang datang dari nilai-nilai kearifan lokal dan nilai-nilai kebiasaan yang disebut benteng budaya.
Artikel Terkait
Anda harus login untuk berkomentar. Login Sekarang
Penulis Lainnya
- Jadwal Seminar Gratis Cipto Junaedy 17 February 2016 - 06:33
- All New Nissan X-Trail Mobil SUV Terbaik 17 February 2016 - 03:52
- Jasa SEO Indonesia Murah Terbaik 17 February 2016 - 03:13
Komentar Terbaru
- Etos Kerja Guru PNS yang Buruk 9 Tahun yang lalu
- Cetak Kartu Digital NUPTK/PegID 9 Tahun yang lalu
- Bangga memiliki email user@madrasah.id 8 Tahun yang lalu
- Syarat Mengikuti Verval Inpassing 7 Tahun yang lalu
- KITAB SIAP PADAMU NEGERI v1.0 9 Tahun yang lalu
Kategori
- Lain-Lain (983)
- Pendidikan (446)
- Informasi Umum (360)
- Opini & Ide (218)
- Tips & Trik (192)
- Teknologi (93)
- Internet & Media Sosial (83)
Kaitan Populer