Artikel Kategori // Lain-Lain
“Asapnya tebal sekali waktu itu. Di dalam dan luar rumah ada asap.”, demikian kenang Oktaviana Aslinda ketika ingatannya kembali ke penghujung tahun 2015. Kala itu, ia menjadi bidan di Desa Lubuk Agung dan hampir setiap hari ada masyarakat yang datang kepadanya mengeluhkan masalah sesak nafas hingga infeksi saluran pernafasan akut yang dikenal dengan ISPA.
Padahal, di wilayah tersebut tidak ada titik kebakaran, melainkan di Riau. Akibat kebakaran yang meluas, maka dampak asapnya sampai ke masyarakat di Desa Lubuk Agung. Asap pun mengganggu aktivitas warga yang sebagian besar bekerja di perusahaan perkebunan dan petani sawit tersebut. Bahkan, hasil panen sawit menurun hingga 60% karena penyerbukannya gagal. Hewan-hewan yang membantu proses penyerbukan ini terganggu oleh asap tersebut.
Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Riau menyebutkan, lahan yang terbakar mencapai 174 ribu ha dengan dampak asap yang dirasakan hingga ke Malaysia dan Singapura. Kabut asap yang juga menyelimuti berbagai wilayah di Sumatera ini terjadi hingga sebulan lebih.
Dengan inisiatif masyarakat setempat yang tidak ingin kondisi ini terjadi hingga ke desa mereka, maka dibentuklah Masyarakat Peduli Api (MPA). Peserta program ini terdiri dari masyarakat yang akan membantu agar kebakaran hutan di wilayahnya dapat dicegah dan dikendalikan. Peserta program untuk di Desa Lubuk Agung sendiri mencapai 45 peserta.
Amir, Kepala Desa Lubuk Agung menjelaskan, “Anggota MPA tidak hanya warga tetapi dari pihak Babinsa (red-Bintara Pembina Desa) dan polisi. Struktur MPA telah terorganisasi.”. Ia juga menambahkan, “Desa Lubuk Agung termasuk rawan kebakaran karena mayoritas lahannya gambut. Mudah terbakar kalau ada api di atasnya.”.
Dengan demikian, menurutnya pemerintah sudah seharusnya mendukung program yang juga didukung oleh Raja Garuda Emas Group ini. Termasuk juga, oleh para babinsa dan polisi yang merupakan petugas aparat keamanan. Program MPA mengedukasi masyarakat akan bahaya asap, mengingatkan agar tidak melakukan kegiatan pembakaran lahan, dan memberitahu cara-cara dalam penanggulangan agar tidak timbul api yang membuat lahan tersebut terbakar.
Para relawan atau peserta MPA secara rutin akan melakukan patrol, mengeliling desa dengan luas sekitar 16.310 ha tersebut. Patrol dilakukan pada pagi hari, pukul 07.40. Selanjutnya, hasil patrol ini akan dilaporkan kepada kepala desa. Para peserta MPA berkomunikasi melalui grup WhatsApp, termasuk juga dengan para aparat keamanan dan aparat desa. Sehingga, apabila ada warga yang melakukan pembakaran lahan dengan sengaja, bisa langsung dilaporkan.
Artikel Terkait
Anda harus login untuk berkomentar. Login Sekarang
Penulis Lainnya

Mobil Murah Terbaik
Penulis ini masih malu-malu menuliskan sedikit tentang Biografinya- Harga Mobil Termurah di Indonesia 2016 11 August 2016 - 10:34
- Mobil Murah Terbaik dari DAIHATSU 27 July 2016 - 12:49
Komentar Terbaru
- Etos Kerja Guru PNS yang Buruk 10 Tahun yang lalu
- Cetak Kartu Digital NUPTK/PegID 9 Tahun yang lalu
- Bangga memiliki email user@madrasah.id 8 Tahun yang lalu
- Syarat Mengikuti Verval Inpassing 8 Tahun yang lalu
- KITAB SIAP PADAMU NEGERI v1.0 9 Tahun yang lalu
Kategori
- Lain-Lain (984)
- Pendidikan (446)
- Informasi Umum (360)
- Opini & Ide (218)
- Tips & Trik (192)
- Teknologi (94)
- Internet & Media Sosial (83)
Kaitan Populer